WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Sabtu, 20 Februari 2010

Visi dan Nilai Sebagai Kendali Gerak Dakwah


Oleh: M Karebet

Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Dalam tulisan sebelumnya, kita telah diinspirasi untuk bisa maksimal mendayagunakan kompetensi yang dimiliki agar laju dakwah optimal sempurna. Juga, bagaimana mengimprovisasi dakwah secara kreatif dan inovatif agar selain melaju tampilan dakwah juga selalu segar dan dinanti oleh umat. Nah, kali ini, akan dibahas Visi dan Nilai sebagai Kendali Gerak Dakwah.

Sebagai sebuah organisasi atau dakwah yang teorganisasi, kendali pada visi dan nilai menjadi suatu keniscayaan. Mengapa? Karena dakwah telah melibatkan sedemikian banyak da’i dan sumberdaya yang penggerakannya menghendaki kesamaan dalam pemikiran, perasaan dan aturannya. Jika tidak, dakwah akan mudah tergelincir dalam nuansa miskomunikasi, ‘misleading’, dan bahkan misorganisasi. Jika sudah begini, dakwah akan diam tak bergerak. Sungguh mengerikan!

Baiklah, kita lanjutkan. Visi tempatnya ada pada strategi organisasi. Namun, di atas strategi organisasi itu sebenarnya terdapat nilai atau, lengkapnya, nilai-nilai utama yang memandu arah organisasi. Disebut nilai utama, sebab ia menjadi sandaran utama yang akan memayungi semua aktivitas organisasi. Karena - dalam perspektif Islam - keberadaan manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi tersebut, maka nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas organisasi.

Lalu, bagaimana selanjutnya dengan visi? Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan futuristik terhadap keberadaan organisasi. Pernyataan visi menjawab pertanyaan, akan menjadi sosok organisasi seperti apa dalam lima tahun mendatang (the what). Dalam koridor strategi induk organisasi, keberadaan Visi selalu dijabarkan dengan Misi dan Tujuan. Misi merupakan pernyataan yang menjelaskan alasan pokok berdirinya organisasi dan membantu mengesahkan fungsinya dalam masyarakat atau lingkungan. Dalam bentuk yang sederhana, pernyataan misi menjawab pertanyaan, aktivitas apa yang akan dilakukan organisasi agar sosok yang diharapkan tadi (dalam visi) dapat terwujud (the why). Sementara, tujuan adalah akhir perjalanan yang dicari organisasi untuk dicapai melalui eksistensi dan operasinya serta merupakan sasaran yang lebih nyata dari pernyataan misi.

Ada empat syarat untuk menetapkan dan menulis visi menurut Bennis dan Mische (1996). Syarat pertama, mencakup segala hal dan berani, menekankan hasil yang luar biasa ketimbang hanya hasil yang bertahap. Kedua, menciptakan rasa kekuatan, semangat dan komitmen ketimbang kegelisahan, kepanikan, dan intimidasi. Ketiga, realistis dan dapat dicapai, dipergunakan sebagai pedoman bagi semua aktivitas organisasi. Keempat, spesifik dan harus dinyatakan dengan keyakinan; sebab visi adalah artikulasi dari citra, nilai, arah dan tujuan yang akan memandu masa depan organisasi.

Ada banyak visi organisasi yang layak kita cermati, paling tidak kita jadikan benchmarking dengan visi kita saat ini, misalnya :
• Bank Muamalat Indonesia (BMI), Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar emosional, dikagumi di pasar rasional.

• RS PMI Bogor, Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan terbaik dengan unggulan di bidang traumatik dan kegawatdaruratan.

Yang spesifik dakwah, bisa tampak dari contoh berikut :
• Visi BKIM IPB : Menjadi Lembaga Dakwah yang Ideologis dan Profesional bagi terwujudnya Mahasiswa Muslim IPB yang Patuh pada Syariat Islam, Dinamis dan Kreatif.

• Working Group Syariat Islam Aceh : Menjadi jaringan kerja penggerak partisipasi publik dalam formulasi, implementasi dan pengendalian kebijakan Syariat Islam di Aceh.

Nah, sekarang bagaimana mengimplementasikan visi dan nilai sebagai kendali gerak dakwah kita? Menjadikan kendali gerak dakwah artinya dengan menetapkan acuan, standar atau tolok ukur strategis dan operasional bagi perjalanan organisasi dakwah kita yang diderivasikan dari nilai dan visi. Tolok ukur strategis lebih bersifat kualitatif dan bersandarkan pada nilai-nilai yang dianut organisasi. Sementara, tolok ukur operasional lebih bersifat kuantitatif dan didasarkan atas kesepakatan hasil perhitungan atau analisis bersama dalam menjalankan aktivitas organisasi sebagai turunan berikutnya dari visi.

Sahabat Pembangkit Umat,
Dengan begitu, berdasarkan nilai-nilai utama, maka kendali itu akan berupa penetapan visi (juga misi dan tujuan) organisasi, baik secara eksplisit maupun implisit, yang menggambarkan orientasi strategis organisasi. Dengan demikian, visi yang diusung adalah menjadikan organisasi sebagai wahana para pengelolanya dalam melaksanakan dakwah dalam rangka meraih keridloan Allah SWT. Misi dan tujuannya adalah bahwa keberadaan organisasi pada hakikatnya adalah untuk mewujudkan dakwah yang benar-benar dapat menggugah sehingga dapat mewujudkan ketaatan terhadap syariat. Jika berhubungan dengan pembinaan SDM, bagaimana mewujudkan SDM dakwah yang memiliki kematangan kepribadian Islam (syakhsiyyah Islamiyyah), melalui pola fikir dan pola sikap yang Islami serta profesional, yakni kafa’ah (berkeahlian); himmatul 'ammal (beretos kerja tinggi); dan amanah (terpercaya), dan sebagainya.

Kendali berikutnya, atas dasar visi yang telah ditetapkan itu pula, maka tolok ukur strategis bagi aktivitas dakwah organisasi adalah hukum syara atau syariah Islam itu sendiri. Aktivitas organisasi - apapun bentuknya - pada hakikatnya adalah aktivitas manusia yang akan selalu terikat dengan hukum syara. Hal ini sebagaimana kaidah ushul yang menyatakan “al-aslu fi al-af’al attaqoyyadu bi al-hukmisy syar’i”, yakni hukum asal suatu perbuatan adalah terikat pada hukum syara yang lima, yakni wajib, sunah, mubah, makruh atau haram.

Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari, menyatakan : “Semua umatku akan masuk sorga kecuali orang yang enggan.” Ada salah seorang sahabat yang bertanya : “Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Barang siapa yang taat kepadaku maka ia masuk sorga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka dia itu enggan.” Dengan demikian, orang yang merindukan keselamatan hidup akan senantiasa terikat dengan hukum syara tersebut. Karena hukum syara mengikat setiap SDM organisasi, maka aktivitas organisasi yang hakikatnya dilakukan oleh SDM organisasi pun dengan sendirinya tidak akan lepas dari koridor hukum syara.

Visi (juga misi dan tujuan) serta kedua tolok ukur di atas lazimnya akan nampak pada organization culture dan implementasi strategi berikutnya. Hukum syara sebagai tolok ukur strategis akan menjadi koridor bagi seluruh aktivitas keorganisasian segenap SDM organisasi.

Bila visi telah berhasil ditetapkan, seperti tampak pada contoh visi di atas, penting untuk disimak sebagai ‘warning’, enam sebab mengapa visi (dan misi) sebagian organisasi menjadi tidak efektif sebagai kendali seperti yang ditulis dalam Faisol (2002).

•Sebab 1. Konsep tentang visi (dan misi) itu sendiri tidak jelas.
•Sebab 2. Secara intrinsik organisasi tidak secara sungguh-sungguh mendambakan dan mengusahakan tercapainya visi (dan misi) itu sendiri. Organisasi tidak memiliki motivasi.
•Sebab 3. Rumusan visi (dan misi) dianggap tidak realistis untuk dicapai. Artinya, visi (dan misi) tersebut tidak dipercaya oleh konstituen organisasi karena tidak selaras dengan sistem nilai organisasi.
•Sebab 4. Visi (dan misi) organisasi tidak fleksibel, sementara organisasi harus tangguh menghadapi berbagai tantangan dan teguh menuju arah yang telah ditetapkan.
•Sebab 5. Visi (dan misi) organisasi tidak didukung oleh strategi dan manajemen yang tepat.
•Sebab 6. Visi (dan misi) organisasi tidak ditopang oleh kepemimpinan yang mampu merealisasikan visi (dan misi) organisasi tersebut menjadi kenyataan.

Inilah makna kendali pada visi dan nilai. Semakin menegaskan bahwa dakwah kita adalah dakwah yang terkendali dengan mantap oleh Islam sebagai Nilai-nilai utama dan Visinya.Tak akan pernah sedikitpun bergeser dari Islam. Karena hanya dengan itu, Allah ridlo pada dakwah kita. Insya Allah.

Sahabat Pembangkit Umat,
Tetaplah semangat, dayagunakanlah kompetensi inti dan improvisasi secara kreatif dan inovatif agar laju dakwah optimal. Islam dalam visi dan nilai menjadi kendalinya. Semoga Allah Swt mengampuni dosa yang telah khilaf dilakukan, memudahkan langkah dakwah yang telah diayunkan dan merahmati komitmen dan konsistensi dakwah ini demi segera tegaknya izzah Islam dan kaum Muslimin. Amin.

Alhamdulillah …luar biasa … Allahu akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?