WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Kamis, 18 Februari 2010

Optimislah Pada Rahmat Allah, Kemuliaan Umat Akan Segera Kembali


oleh : Karebet W

ImageSahabat Pembangkit Umat,
Apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap bersyukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Pada tiga tulisan terdahulu, kita mencermati kondisi umat telah sedemikian rupa sakitnya. Tantangan dakwah pun tak kalah beratnya. Yang satu muncul karena sebab eksternal, yang lainnya tumbuh dan berkembang karena faktor internal. Mewujud dalam tantangan dan tuntutan dakwah yang harus dihadapi, bukan dihindari! Karena memang hanya ada dua pilihan hidup, hadapi atau hindari. Keduanya sama beresiko. Hanya saja muslim terbaik pasti memilih yang pertama. Karena hanya dengan ini, kerja besar peradaban yang kita lakukan akan segera dapat mengembalikan kemuliaan umat ini. Insya Allah.

Dalam kupasan edisi ini, agar kita bisa menghadapi segala tantangan dan tuntutan dakwah dengan mantap dunia akhirat, ada satu modal dasar yang harus kita kuasai. Modal ini muncul, tumbuh dan berkembang dari worldview atau way of life atau metanoiac atau juga ideologi yang kita emban secara fitrah, yakni Dien Islam yang mulia. Modal dasar itu tak lain adalah optimis pada rahmat Allah. Modal ini sesungguhnya adalah kado istimewa dari ustadz Muhammad Ahmad Jannati yang saya tayang dan reka ulang sedemikian rupa khusus buat Sahabat Pembangkit Umat.

Sungguh, optimis, penuh harapan, pantang menyerah, dan tak kenal putus asa, adalah jiwa seorang mukmin dalam mengarungi dunia ini, hingga kembali ke haribaan-Nya. Jiwa tersebut akan muncul dari kesadaran dan keyakinan yang mendalam akan kekuasaan dan pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang mengimaninya dan tekun beribadah kepada-Nya. Ada dua perkara yang menjadikan orang selalu optimis: (1) Selalu berharap kepada rahmat Allah, (2) Tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Yang pertama adalah Selalu Berharap Kepada Rahmat Allah. Berharap kepada rahmat Allah adalah berbaik sangka kepada-Nya. Di antara tanda berbaik sangka kepada Allah adalah mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah Swt telah memuji orang yang penuh harap seperti halnya Allah memberikan pujian kepada orang yang takut kepada Allah. Allah juga telah mewajibkan roja dan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Baqarah [2]: 218)

"Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS.Al-A’raf [7]: 56)

Dari Watsilah bin Asqa, ia berkata; berbahagialah karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Allah berfirman: Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka keburukan baginya". (HR. Ahmad dengan sanad hasan dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).

Apabila ia berprasangka buruk maka keburukan baginya, adalah indikasi bahwa tuntutan dalam hadits tersebut bersifat pasti. Artinya perintah untuk senantiasa berharap kepada Allah dan berbaik sangka kepada-Nya pada ayat-ayat dan hadits-hadits di atas adalah tuntutan yang bersifat wajib.

Lalu yang kedua, Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah. Putus asa (al-qanut dan al-ya’su) adalah lawan dari berharap (roja). Putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya hukumnya haram. Allah SWt berfirman:
"Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf [12]: 87)

Dari Habah dan Sawa bin Khalid, keduanya berkata; Kami masuk bertemu dengan Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang menyelesaikan suatu perkara. Kemudian kami berdua membantunya, maka Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah kamu berdua berputus asa dari rizqi selama kepalamu masih bisa bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian Allah memberikan rizqi kepadanya". (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dalam kitab shahihnya)

Dari Ibnu Abas, ada seorang lelaki berkata, “Ya Rasulullah saw.! apa dosa besar itu?” Rasulullah saw. bersabda: Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah. (Al-Haitsami berkata telah diriwayatkan oleh Al-Bazar dan Thabrani para perawinya terpercaya, As-Suyuti dan Al-Iraqi menghasankan hadits ini)

Sahabat Pembangkit Umat, inilah modal sangat mendasar itu. Kita punya kekuatan spiritual yang membuat kita maju terus pantang mundur dalam menegakkan kalimat Allah! Yang membuat kita menegakkan dakwah di jalan Allah agar kemuliaan umat segera kembali. Dakwah yang membangkitkan lalu memotivasi umat untuk segera sembuh dari segala sakitnya dan menggerakkan umat untuk meraih kembali kemuliaannya. Dan, rahmat Allahlah yang membuat kita optimis atas semua ini.

Nah, agar makin muantap, berikut adalah gambaran optimis pada rahmat Allah yang ditampilkan oleh generasi terbaik, generasi sahabat Nabi SAW.

Ketika Rasulullah SAW menghadapi tantangan Perang Badar dan karenanya memerlukan komitmen umat, Sahabat menjawabnya dengan komitmen lebih, seperti ucapan Sahabat Sa’ad bin Mu’az kepada Rasulullah SAW : “Sepertinya Engkau ragu pada kami, Wahai Rasulullah. Dan sepertinya Engkau khawatir bahwa orang-orang Anshar, sebagaimana yang nampak pada pandanganmu, tidak akan menolongmu, kecuali di negerinya. Saya bicara atas nama orang Anshar, dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka. Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki. Ikatlah tali siapapun yang Engkau kehendaki. Dan putuskanlah ikatan siapa saja yang Engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami yang Engkau kehendaki. Dan berikanlah yang mana saja yang Engkau kehendaki. Apa saja yang Engkau ambil niscaya lebih kami sukai daripada yang Engkau tinggalkan. Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga ke barak Al Ghamad (kota Habasyah), kami semuanya akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti kami akan lalui bersamamu.” Subhanallah.

Ketika Rasullullah SAW membutuhkan dana untuk perang Tabuk yang mahal dan sulit karena medannya jauh, ditambah situasi Madinah yang sedang musim panas. Abdurrahman bin Auf, pebisnis kelas dunia di zaman Nabi SAW dan termasuk generasi sahabat yang masuk Islam sangat awal memeloporinya dengan menyumbang dua ratus uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan 50 dinar). Sampai-sampai Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah SAW “Sepertinya Abdurrahman berdosa kepada keluarganya karena tidak meninggali uang belanja sedikitpun untuk keluarganya”. Mendengar ini, Rasulullah SAW bertanya pada Abdurrahman bin Auf, “Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu ?”, “ Ya!” Jawab Abdurrahman, “Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan”. “Berapa ?” Tanya Rasulullah. “ Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.” Jawabnya. Subhanallah.

Banyak sungguh teladan lain yang digelar sejak era sahabat hingga kini. Lalu, bagaimana dengan kita ketika dakwah mulia ini memanggil?

Nah, Sahabat Pembangkit Umat, kalau sudah begini, tunggu apa lagi. Sekali lagi, tantangan dakwah memang akan selalu ada. Seberat apapun ia, hanya satu sikap yang harus muncul, yaitu Hadapi (bukan Hindari). Yup, hadapi dengan penuh optimis pada rahmat Allah dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah. Allah yang memberikan kemenangan dan kemuliaan pada kita, bukan yang lain. Seperti sikap luar biasa yang ditunjukkan oleh sahabat Nabi SAW, Saad bin Mu’az beserta kaum Anshar dan juga Abdurahman bin Auf. Insya Allah akan terus lahir banyak Saad bin Mu’az dan Abdurrahman bin Auf lainnya. Dan kitalah salah satunya. Insya Allah.

Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?