WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Sabtu, 27 November 2010

ABOUT Khilafah?


  • Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia.Khilafah bertanggung jawab menerapkan hukum Islam, dan menyampaikan risalah Islam ke seluruh muka bumi. Khilafah terkadang juga disebut Imamah; dua kata ini mengandung pengertian yang sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih.
  • Sistem pemerintahan Khilafah tidak sama dengan sistem manapun yang sekarang ada di Dunia Islam. Meskipun banyak pengamat dan sejarawan berupaya menginterpretasikan Khilafah menurut kerangka politik yang ada sekarang, tetap saja hal itu tidak berhasil, karena memang Khilafah adalah sistem politik yang khas.

Selasa, 26 Oktober 2010

Gerakan Mahasiswa: Antara Intelektualitas dan Anarkis


Ekpresi jalanan yang dilakukan oleh organ-organ pergerakan Mahasiswa untuk menumpahkan kejengkelan terhadap ketidakbecusan penguasa dan sistemnya dalam mengelola dan menata kehidupan negeri ini yang berujung pada adegan-adegan brutal dan penutupan jalan sebagaimana yang dilakonkan oleh sebagian Mahasiswa Makassar. Aksi tersebut mendapatkan tanggapan secara beragam dari masyarakat, ada yang pro dan kontra, namun lebih banyak yang kontra. Maka untuk itulah saya ingin mendalami persoalan tersebut secara proporsional sehingga tidak terkesan menghakimi dan mengadili salah satu pihak. Karena tentunya dalam nalar kita semua menginginkan yang terbaik untuk Islam dan bangsa ini.

Jumat, 17 September 2010

[TAFSIR] Kewajiban Menegakkan Khilafah

(Tafsir QS al-Baqarah� [2]: 30)


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (QS al-Baqarah [2]: 30).


Janji Allah SWT & Rasul SAW: Kembalinya Khilafah

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

 

Rabu, 07 Juli 2010

THE END OF WESTERN CIVILIZATION


(Berakhirnya Peradaban Barat dan Keniscayaan Bangkitnya Peradaban Islam)

Peradaban Barat (Western Civilization) saat ini telah menjadi kiblat bagi umat manusia. Karena pada faktanya peradaban inilah yang sedang mendominasi dunia saat ini. Modernitas Barat pun dipandang sebagai tolok ukur maju tidaknya sebuah negara. Ini merupakan hasil invasi pengaruh Barat dalam seluruh aspek (politik, budaya, ekonomi, dsb) atas negara-negara lain terutama negara-negara dunia ketiga. Tatkala makin meluasnya pangaruh negara Barat maka semakin kuat pula cengkeraman imperialisme mereka.

Dalam persoalan politik, Barat mempropagandakan konsep Demokrasi-Liberal sebagai konsep sistem pemerintahan. Propaganda ini pun semakin kuat hingga mampu menyeret kaum Muslim untuk masuk dalam pusaran gelombang isu demokrasi. Maka agar tidak dikatakan ketinggalan jaman, kaum Muslim beramai-ramai meneriakkan demokrasi dan menganggapnya sebagai konsep ideal untuk mengatur negara. Fenomena ini membuktikan kebenaran perkataan Ibnu Khaldun bahwa ada kecenderungan manusia untuk mengikuti tradisi pihak yang menang (al-maghluub muu’laun Abadan bil-iqtida’ bil-ghaalib). Karena saat ini peradaban Barat adalah peradaban yang menang, yang telah mampu melebarkan pangaruhnya serta menjadi kiblat dalam pemikirannya.

Manajemen Pemikiran


 Beragama, Berpikir atau tidak berpikir
Manusia itu terbatas, sedangkan Tuhan tidak terbatas. Karena itu, untuk berbicara tentang Tuhan kita tidak bisa menggunakan akal. Dimana, akal bersifat terbatas. Akidah (iman) itu tidak bisa dipikir-pikir, ia adalah persoalan keyakinan. Demikian bunyi sebuah pendapat. Intinya, membahas agama tidak boleh atau tidak bisa dengan menggunakan akal.

Orang non-islam sepertinya adalah orang yang paling bersemangat kepada pendapat seperti itu. Suatu ketika, saat dijelaskan kepada orang nasrani akan kemustahilan ajaran Trinitas berasal dari Tuhan, bahwa mustahil Tuhan itu tiga, ia menjawab dengan menggunakan pendapat di atas.
Kalau memang seperti itu, bagaimana kalau ditanyakan kepada mereka apakah mereka yakin bahwa Tuhan itu ada? Dengan pengakuan sebagai Nasrani, tentu mereka akan menjawab ‘yakin’. “Lalu, darimana anda tahu dan yakin bahwa Tuhan itu ada?” jelas, tidak mungkin jawaban disampaikan kecuali dengan ‘melanggar’ aturan yang mereka buat-buat sendiri, yaitu tidak menggunakan akal. Tentu, ini main ‘curang’ namanya.

Generasi Pencetak Peradaban Islam


Generasi muda saat ini memang sangat memprihatinkan, kebanyakan dari mereka  bermental rapuh, dapat dilihat dari para remaja yang mudah putus asa, bermalas-malasan, bersifat hedonis dan sejenisnya. Lebih parah lagi mereka pecandu narkoba dan miras. Hal ini disebabkan karena mereka telah menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya yang mengakibatkan pada pergaulan dan sex bebas.

Allah telah berfirman: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (QS. Furqon; 43-44)

Pertolongan AllahPertolongan Allah


Sebagaimana kita ketahui, jika Allah Swt dan Rasulnya telah memerintahkan sesuatu pada kaum muslim, maka tidak ada pilihan lain kecuali menjalankannya. Perintah Allah Swt. Yang terpenting adalah menjalankan semua hukum-hukum yang telah diturunkan kepada kita dalam semua aspek kehidupan ini, seperti urusan pemerintahan, ekonomi, politik, pengadilan dan lain-lainnya. Diantara perkara-perkara yang di turunkan Allah Swt kepada kita untuk di jalankan adalah penerapan sistem hukum islam yang berkaitan dengan aspek pemerintahan, politik, ekonomi, pengadilan dan sebagainya.

Sejak Negara khilafah islamiyah berhasil di robohkan melalui tangan mustafa kamal attaturk, upaya untuk membangun kembali bangunan khilafah islamiyah banyak dilakukan oleh gerakan-gerakan islam. Diantara mereka ada yang telah berjuang puluhan tahun, namun demikian, upaya perjuangan tersebut, berupa tegaknya Negara Khilafah Islamiyah, belum menuai hasil, pertanyaannya ; Apa penyebabnya?

Tiupan Angin Untuk Aktivis Dakwah


Sebuah cerita, “di suatu kampung, masyarakatnya hidup seperti biasa, ada yang kesawah, ada yang jadi pedagang, guru dan lain-lain. Akan tetapi kampung itu ketika malam tiba pemandangan sangat gelap gulita, rupanya belum ada penerangan listrik, yang ada hanya lampu-lampu yang berbahan bakar minyak tanah, dan dikampung itu hanya ada satu penjual lampu minyak, mulai dari yang bersumbu kecil sampai yang besar, dari yang remang-remang sampai yang terang. Penjual lampu itu adalah Pak Bari. Pak bari mendapatkan keuntungan dari jualan lampunya, tidak ada yang tidak kenal pak bari.
Akan tetapi akhir-akhir ini Pak Bari merasakan kegerahan dan depresi. Bagaimana tidak, Jualan Lampunya terancam bangkrut lantaran sebagian warga mengusulkan adanya program listrik masuk desa(LMD). Sehingga Pak Bari mulai beraksi, semua warga berusaha diberitahu bahwa menggunakan listrik itu berbahaya, kalau kena setrum bisa mati, kalo tidak mati bisa cacat gosong, bisa menyebabkan kebakaran, anak-anak tidak bisa main layang-layang lagi karena di pingir-pinggir dan atas jalan akan terbentang kabel-kabel listrik. Sebagian warga setuju dengan pendapat Pak Bari dan sebagian tidak sependapat dan setuju LMD.”
Begitulah gambaran tentang jualan yang dijalankan sekarang ini oleh amerika, amerika menjual demokrasi, HAM dan asesoris-asesorisnya. Sedangkan kita menjadi pesaingnya, yang siap menegakkan Syari’ah dan Khilafah yang siap menggulung tikar jualan jahiliyahnya. Oleh karenanya Amerika menggunakan segala macam cara agar jualannya tetap laku.

JANGAN MUDAH PUTUS ASA

Ada dua jenis keputusasaan. Pertama, muncul ketika berhadapan dengan kesulitan atau rintangan. Yang demikian itu tidak terdapat pada diri orang beriman. Ia harus selalu ingat bahwa Allah menjanjikan pertolongan kepada orang-orang beriman. Al-Qur`an menyatakan bahwa cukuplah hanya Allah bagi orang-orang beriman dan Dia menguatkan orang-orang beriman dengan bantuan-Nya.

Kedua, merupakan jenis keputusasaan yang lebih berbahaya, yaitu berputusasaan dari pengampunan Allah setelah berbuat salah atau dosa. Keputusasaan ini lebih berbahaya karena akan mengarah pada pikiran bahwa Allah tidak akan memaafkan dosa seseorang dan ia akan masuk neraka. Pikiran ini bertentangan dengan apa yang kita pelajari dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa orang-orang yang menyesali perbuatannya. Tidak pernah ada kata “terlambat” dalam mencari pengampunan-Nya. Allah menegur hamba-hambanya,

“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53)

Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa “tertipu”. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan lebih besar dari kesalahan sebelumnya.


Rabu, 07 April 2010

Apa Kata Dunia: Most Stupid Slogan Ever!

“Ada urusan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (Muhammad saw.)

Sudah lama saya ingin membuat tulisan ini, semenjak awal saya melihat iklan dengan slogan “apa kata dunia” yang menghiasi media, saya terus terang merasa terganggu dan sedikit eneg setiap kali mendengar iklan ini. Sepertinya inilah wakilnya wajah negara yang memakai baju kapitalisme-sekuler, maunya menang sendiri, kalo menyangkut urusan pemerintahan maka semuanya harus cepat, bagus, diurus, dan penuh toleransi, alasanya sih “Demi rakyat”, pergi keluar negeri argumennya “demi rakyat”, beli mobil baru katanya “demi rakyat”. Tapi kalo rakyat minta diurus agak cepetan dia bilang “sabar dulu, semua ada masanya, ada prosedurnya”, atau kalo rakyat ngeluh maka dia bilang “rakyat mandiri dong, jangan manja!”. Capek deh!
Dan wajah buruk itu akhirnya kebuka sendiri, seorang pegawai biasa Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak diduga memiliki rekening mencurigakan hingga Rp 25 miliar, tinggal di rumah mentereng, punya apartemen di singapura, gonta-ganti mobil mewah, dan bahkan ”kabur” ke luar negeri. Kalo bang Ben masi idup die bakal ngomong: “Bujubune!, aye kerje sampe ko’it juga kagak dapet nyang gituan! gile bener dah!”. Dan ini baru puncak gunung es, bawahnya jelas mengakar gede, sehingga sangat sulit untuk membongkar sampai kebawah. Cerminan jelas “CAPITALISM EFFECT” yang ngalah-ngalahin “A** EFFECT” heheheh..

Dalam kapitalisme-sekuler ada cacat bawaan yang akan selalu ada pada sistem dan badan apapun didalam pemerintahan, termasuk pajak. Survei ICW (2001), Partnership (2001), PERC (2005) dan TI (2005) menyatakan bahwa masyarakat dan kalangan bisnis secara konsisten mempersepsikan Ditjen Pajak sebagai salah satu lembaga terkorup. Pada tahun 2005, Kwik Kian Gie yang waktu itu kepala Bappenas menyatakan bahwa sektor pajak bocor Rp. 180 trilliun pertahun dan diperkuat dengan Faisal Basri yang mengatakan bocornya 40 trilliun. Bahkan jauh sebelum itu, pada masa orba, Prof. Sumitro telah mengatakan waste and loss di sektor pajak mencapai 30%.

Masa Depan Peradaban Islam (Tiga)

 Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!
Sahabat Pembangkit Umat,
Dalam lima tulisan ke depan, untuk menguatkan gerak dakwah berbasis visi dan nilai utama, berturut-turut secara bersambung, akan ditayangkan dua tulisan istimewa yang saya dapatkan dari dua sahabat pejuang Islam. Tulisan kali ini adalah hadiah ustadz Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM. Beliau adalah Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia.
Selamat menikmati, semoga bukan hanya inspirasi yang didapat, namun lebih dari itu, keyakinan akan visi dakwah semakin menguat yang dengannya dakwah pun akan makin melaju tak tertahankan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin pun akan segera kembali tegak. Insya Allah.

Masa Depan Peradaban Islam (Dua)


Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,

Dalam lima tulisan ke depan, untuk menguatkan gerak dakwah berbasis visi dan nilai utama, berturut-turut secara bersambung, akan ditayangkan dua tulisan istimewa yang saya dapatkan dari dua sahabat pejuang Islam. Tulisan kali ini adalah hadiah ustadz Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM. Beliau adalah Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia.
Selamat menikmati, semoga bukan hanya inspirasi yang didapat, namun lebih dari itu, keyakinan akan visi dakwah semakin menguat yang dengannya dakwah pun akan makin melaju tak tertahankan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin pun akan segera kembali tegak. Insya Allah.

Masa Depan Peradaban Islam

Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Dalam lima tulisan ke depan, untuk menguatkan gerak dakwah berbasis visi dan nilai utama, berturut-turut secara bersambung, akan ditayangkan dua tulisan istimewa yang saya dapatkan dari dua sahabat pejuang Islam. Tulisan kali ini adalah hadiah ustadz Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM. Beliau adalah Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia.
Selamat menikmati, semoga bukan hanya inspirasi yang didapat, namun lebih dari itu, keyakinan akan  visi dakwah semakin menguat yang dengannya dakwah pun akan makin melaju tak tertahankan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin pun akan segera kembali tegak. Insya Allah. Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi (Jacques C. Reister).
Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses  regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi  ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa (Montgomery Watt).
Peradaban berhutang besar pada Islam  (Presiden AS, Barack Obama).

Kesabaran Dalam Menghadapi Berbagai Masalah Diri


Dalam kehidupan, seiring dengan berjalannya waktu, manusia pasti akan menghadapi berbagai masalah yang datang silih berganti. Dari taraf masalah individual yang sederhana hingga rumit, dari masalah umat yang bersifat sosial hingga sistemik. Ibarat pohon, sejak kecambah banyak ancaman yang bisa membuatnya layu dini, begitu tumbuh besar dan semakin tinggi pohon itu semakin kuat angin yang menerpa.

Sesuatu menjadi masalah bila dapat merugikan orang lain ataupun diri sendiri. Sesuatu dikatakan masalah bila dapat menghalangi pencapaian tujuan tertentu. Terkadang sesuatu bisa menjadi masalah yang besar bagi seseorang namun bisa jadi hanyalah masalah ringan atau bahkan sama sekali bukan masalah bagi yang lainnya. Baik sesuatu itu akan menjadi masalah yang benar maupun salah, kemudian menjadi masalah utama ataupun sepele. Oleh karena itu, masalah adalah sesuatu hal yang erat kaitannya dengan cara berfikir dan bersikap seseorang. Masalah – sudah dipahami bersama – merupakan sesuatu yang harus diatasi bukan hanya untuk difikirkan. Dengan kata lain, dalam mengatasi sutu masalah pemahaman seseorang berperan penting. Karena dari pemahaman yang diadopsi dan diyakini inilah manusia menilai dan memutuskan sesuatu dalam kehidupannya.

Pemahaman dasar yang diyakini itulah disebut aqidah (ideologi). Dalam pemahaman itu terdapat standar nilai agar segala sesuatu berjalan sesuai idealnya. Perbedaan antara keadaan sesungguhnya (realitas) dan keadaan ideal adalah awal munculnya masalah. Berdasarkan standar nilai yang lahir dari pemahaman itulah manusia dapat mengatasi masalah. Namun kebenaran pemahaman itulah yang akan menentukan apakah masalah sudah dipecahkan secara benar dan tuntas ataukah belum.

Diam Itu Emas, Atau Batu?

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rosul saw bersabda: "Siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam” (HR. Bukhori & Muslim)
Kualitas seseorang, salah satunya bisa terlihat dari kemampuan menjaga lidahnya. Sebaik-baik perkataan adalah perkataan yang sanggup mengatakan kebenaran.
Prioritas pertama dalam hadits di atas bagi orang beriman adalah berbicara yang haq, berbicara yang baik-baik atau tentang kebaikan sesuai tuntunan syariah. Allah swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab: 70)
Sebaliknya orang yang rendahan dalam berbicara, biasanya selalu mengeluh, mencela dan menghina. Begitu pula orang yang dangkal dalam berbicara, orang tersebut sibuk menyebutkan kehebatan tentang dirinya dan juga jasanya. Hampir mirip dengan gelas yang kosong, sebuah gelas yang kosong maunya diisi terus, orang yang kosong dari harga diri keinginannya dihargai.
Oleh karena itu, bila kita tidak mampu berbicara yang baik-baik maka hadits Nabi saw memberikan pilihan yang kedua yaitu Diam.

Sulit Memberikan Kepercayaan Pada Orang Lain

Assalamu’alaikum, Mbak Cicin.. saat ini saya adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu PTN terbaik di Indonesia. Secara keorganisasian saya juga cukup aktif pada berbagai organisasi dan alhamdulillah seringkali diberikan amanah pada jajaran top level (BPH) . Hanya saja, jujur sebenarnya secara pribadi saya bermasalah dalam hal ‘kepercayaan’. Saya tidak mudah mempercayai atau memberikan kepercayaan kepada tim yang saya pimpin. Saya tau ini tidak baik, oleh karenanya saya meminta saran teteh untuk masalah saya ini. Terima kasih teh.  
Eka.
 

Wa’alaikumsalam Wr Wb,

Adik Eka yang baik,
Teteh sampaikan selamat atas setiap amanah yang dimilikinya saat ini. Semoga Allah memberikan kekuatan dan senantiasa menjaga kesungguhan adik dalam mengembannya.

Adik Eka yang baik,
Sesungguhnya amanah apapun yang kita miliki, pada hakikatnya merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah. Kesempatan yang tidak semua orang mampu mendapatkannya. Kesempatan untuk menggapai pahala besar yang telah Allah siapkan. Dengan syarat jika kita mau dan senantiasa menjadi agen kebaikan dan kebenaran dalam mengemban amanah tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah hadits, bahwa :

Kelak di hari kiamat amanah itu akan menjadi kehinaan dan kesedihan, kecuali orang yang mengambilnya dengan kebenaran dan menunaikan segala kewajibannya. (HR. Muslim)

Kaum Muslimin dan Dunia yang Tergenggam

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
(TQS. Al Fath [48] : 28)
Brian Grim, peneliti senior Pew Forum on Religion and Public Life, lembaga survei Amerika, kepada CNN (2009) menyatakan bahwa satu dari empat penduduk dunia adalah muslim. Indonesia menempati peringkat satu dengan jumlah muslim terbesar di seluruh dunia. Data tersebut dikeluarkan dari hasil penelitian dan kompilasi data selama 30 tahun dari 232 negara serta teritori di seluruh dunia. Seluruh data menggunakan 1.500 sumber berbeda. Termasuk laporan dari sensus, demografi, dan survei populasi secara umum. Data diambil dari sensus data nasional dan survei berdasarkan pertumbuhan populasi di setiap negara. Penelitian itu menghasilkan daftar sepuluh negara dengan penduduk muslim terbanyak.
Negeri Zamrud Khatulistiwa, berada pada peringkat satu dengan 88,2 persen penduduknya muslim. Kemudian disusul oleh Pakistan di posisi kedua, India ketiga, Bangladesh keempat. Berikutnya, berturut-turut Mesir, Nigeria, Iran, Turki, Aljazair, dan Maroko di peringkat kesepuluh.
Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui pula bahwa 1,57 miliar populasi muslim dari seluruh dunia diperkirakan lebih dari 60 persennya berada di benua Asia. Sedangkan 20 persen berada di Timur Tengah dan Afrika Utara. Menurut Grim, kondisi kamum muslimin di seluruh dunia, secara keseluruhan jumlah lebih tinggi dari perkiraan yang ada.

Langkah Kongkrit Aktifis & Organisasi Dakwah Kampus Menangani Masalah Bangsa

Assalamualaikum.

Saya mau tanya!
Menghadapi berbagai masalah yang melanda bangsa ini, kita tentu tidak mau tinggal diam. Bahkan sering gelisah dan khawatir. Nah, kira-kira langkah konkrit kita sebagai seorang aktivis dakwah kampus dan juga sebagai penggerak organisasi dakwah kampus. Apa yang harusnya kita lakukan untuk bangsa ini. Apa sekedar menajalani rutinitas proker LDK sendiri, atau seperti apa. Saya ingin jawabannya mengarah pada sesuatu yang lebih besar tetapi langsung menghujam keakar masalah negeri ini dan solusi yang harus kita berikan bagi bangsa ini dalam konteks gerakan dan tindakan yang harus dilakukan oleh aktivis dan organisasi Lembaga Dakwah Kampus tadi. Kalau bisa sampai kelangkah atau tahapan yang harus dilalui, biar lebih jelas. Ahmad, aktifis LDK Jateng


Jawaban

Saudaraku Ahmad yang dimuliakan Allah, semoga taufik dari-Nya selalu menyertai langkah gerak antum.

Problem bangsa ini dari hari ke hari semakin menggunung dan kompleks.  Belum tuntas kasus Century yang merugikan rakyat 6,7 triliun, ancaman banjir siap datang karena tata kelola lingkungan yang rusak. Kemudian dunia pendidikan dihantui oleh ujian nasional yang telah terbukti mencekik para siswa dan menjerumuskan guru pada perilaku nista.  Di samping itu peradilan bangsa ini semakin tunduk pada jerat mafia.  Akhlaq negeri ini pun semakin hancur karena budaya kebebasan yang mengepung bagaikan laron menjelang musim penghujan. Akar masalah semua ini adalah karena tata kelola negeri ini yang jauh dari aturan Allah dan malah dengan ikhlas bergumul dalam kubangan kapitalisme yang menjajah.

Kiat Melahirkan Tokoh Dakwah Kampus

Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, posisi dari seorang tokoh begitu memiliki peranan penting. Dan memang di setiap ideologi manapun pasti membutuhkan tokoh yang merupakan representasi ideologi secara konkrit. Tokoh tersebut merupakan cerminan dari ideologi yang diemban. Bahkan adakalanya tokoh tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi komunitas pengemban suatu ideologi, baik untuk pengikutnya maupun yang bukan pengikut. Bagi para pengikutnya, seorang tokoh merupakan kekuatan untuk merekatkan soliditas internal suatu kelompok pengemban ideologi. Seorang tokoh juga merupakan referensi utama dalam menjawab berbagai problematika dan fenomena yang terjadi. Bagi kalangan luar, seorang tokoh merupakan daya tarik guna memikat orang untuk melirik kepada ideologi yang diemban oleh suatu kelompok pengusung ideologi. Adanya tokoh juga sekaligus merupakan suatu bukti bahwa ideologi tersebut bisa melahirkan orang-orang besar dalam sejarah.


Maka setiap organisasi dakwah kampus harus berfikir untuk menyusun agenda yang juga berorientasi ke arah pemunculan tokoh-tokoh dakwah kampus.

Memunculkan tokoh-tokoh dakwah kampus tidak ada niatan lain. Semata-mata ingin mempercepat proses akselerasi dan akseptabilitas organisasi dakwah kampus di mata public.

Sebetulnya kelahiran tokoh-tokoh dalam konteks apapun sebaiknya berproses secara alami. Namun sekarang ini adalah abad entertainment atau era kemasan. Artinya, yang kemasannya paling menarik, paling menjawab kebutuhan, paling mencerahkan, paling menghibur dan tentu paling menyegarkan itulah yang akan banyak diminati.

Menyikapi Perbedaan Dan Pergesekan Antar Gerakan Dakwah Kampus

Setiap aktivis dakwah tidak boleh membayangkan bahwa langkah dakwahnya terus berjalan mulus. Akan selalu saja ada ganjalan. Baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Untuk faktor eksternal, diantaranya adalah gerakan-gerakan dakwah yang memiliki haluan yang berbeda dan memiliki afiliasi dakwah yang berbeda. Demikian juga gerakan-gerakan dakwah kampus yang memiliki referensi ideologi yang berbeda.
Yang pertama harus di-clear-kan dulu di dalam persepsi para aktivis dakwah kampus adalah soal posisi mereka di tengah konstelasi dakwah. Bahwa sebagai sebuah team dakwah kampus yang bernaung dalam satu wadah komunitas lembaga dakwah tertentu harus memiliki, meyakini, dan mengemban ideologinya dengan teguh.
Para aktivis di lembaga dakwah ideologis ini harus menyadari posisi mereka sebagai problem solver dan pembawa misi perubahan-perubahan hakiki. Intinya mereka harus menyadari bahwa mereka merupakan pengemban dakwah ideologis. Merekalah subyek dakwah sejati. Sebagai pengemban dakwah ideologis sudah sepatutnya memposisikan diri setiap orang—baik secara perorangan maupun berkelompok—sebagai obyek dakwah.

Wanita Sebelum dan Sesudah Islam!

Persepsi negatif tentang Islam dan “Dunia Timur”, kadang-kadang menggiring feminis Barat untuk berasumsi jelek tentang wanita dalam Islam. Ada asumsi, hak-hak wanita dalam Islam tertindas. Konon, penyebabnya utamanya adalah ajaran Islam itu sendiri, Al-Qur’an.

Benarkah al-Qur’an menindas hak-hak wanita? Terlebih dahulu, kita harus melihat bagaimana posisi wanita sebelum datangnya Islam.

Wanita Sebelum Islam
Sebelum Islam yang dimaksud di sini adalah masa jahiliyah yang dialami bangsa Arab secara khusus dan dialami penghuni negeri lain secara umum. Ketika itu manusia dalam keadaan fatrah (kosong) dari para rasul. Jalan-jalan kehidupan rusak. Allah Subhaanahu Wata'ala telah melihat mereka sebagaimana yang terdapat dalam hadits, maka Allah Subhaanahu Wata'ala murka kepada mereka, Arab maupun non Arab, kecuali segelintir dari ahlul kitab.
Keadaan wanita pada saat itu pada umumnya dalam keadaan sangat mengenaskan, khususnya di kalangan bangsa Arab. Pada saat itu masyarakat benci terhadap kelahiran mereka. Ada di antara mereka yang menguburnya hidup-hidup. Ada juga yang membiarkan mereka dalam keadaan terhina dan dihinakan, sebagaimana Allah Subhaanahu Wata'ala firmankan (yang artinya), "Dan bila salah seorang dari mereka diberitakan dengan (kelahiran) anak wanita, berubah kecewalah wajahnya dan dia dalam keadaan marah. Dia berusaha menyembunyikan dari masyarakatnya apa yang diberitakan kepadanya. Apakah dia biarkan hidup dalam keadaan hina atau dia kubur. Alangkah jahatnya apa yang mereka hukumi." (QS. An Nahl: 58-59).

Minggu, 04 April 2010

Meyakinkan Diri Untuk Tidak Bermaksiat

Assalamu'alaikum,Usdz, bagaimana caranya agar kita mampu meyakinkan diri untuk pergi melarikan diri dari suatu perbuatan yang kita lakukan, karena kita tau perbuatan itu salah (menurut pandangan Islam)? Makasih sebelumnya teh...Wassalam.

Wa'alaikumsalam Wr Wb,
Ukhti yang baik,
Mungkin akan lebih tepat jika teteh mendefinisikan pertanyaan Ukhti yang ingin ‘pergi melarikan diri’ itu sebagai 'cara untuk meninggalkan kemasiatan' ya.. Karena ketika kita melakukan perbuatan yang salah menurut Islam, berarti kita sudah bermaksiat kepada Allah. Bermaksiat kepada Allah berarti melakukan kedosaan. Dan kesengajaannya dapat diartikan sebagai kesiapan pada sanksi yang akan Allah berikan. (pertanyaannya, apakah benar kita mampu menerima sanksi yang akan Allah berikan di akhirat-sebagai akibat dari apa yang telah kita lakukan? padahal dengan ujian gempa dan longsor saja manusia sudah takut).
Shiroh yang baik,
Memang tidak dinafikan, yang namanya manusia pasti tidak akan luput dari salah dan dosa. Tapi jelas menjadi kedzoliman bagi diri, jika kita tau 'salah', tapi kita terus melakukannya atau terus mengulanginya.
Ada ingatan kecil yang mungkin dapat memberikan pelajaran berharga pada kita. Bahwa 'keledai saja katanya tidak mau atau tidak akan terperosok pada lubang yang sama untuk kedua kalinya'. Nah, apalagi kita manusia. Seharusnya ia mampu berpikir untuk ini, pada apa yang dilakukannya.
Terperosok pada lubang, dapat diartikan sebagai aktivitas atau amal salah yang kita lakukan. Kenapa keledai tidak mau terperosok pada lubang yang sama? karena ia tau terperosok dalam lubang itu menyakitkan. Itu telah menyakiti dirinya. Kalau kita terus berkubang dalam kesalahan (amal atau aktivitas yang salah), maka sama artinya kita memelihara syaitan (kegelapan) agar ia tumbuh semakin kuat. Tidak ada syaitan yang mengajak kita dalam kebaikan atau kebenaran. Yang hanya bisa dilakukan oleh syaitan hanyalah menggoda manusia agar mereka bermaksiat kepada Allah. Agar mereka (baca: manusia) sama-sama atau bahkan terus berada dalam kegelapan bersamanya. Apalagi dalam lingkungan atau sistem yang sekuler dan liberal saat ini. Godaan syaitan tidak selamanya dalam wujud yang ghaib. tapi juga dalam wujud manusia dan sistem interaksi di dalamnya. Ini menjadi janji yang benar dalam Al-Qur'an. Seperti tercantum dalam (QS.2:268), (QS. 4:120), (QS. 14:22), (QS. 17:64), dan (QS. 31:33)

Rabu, 31 Maret 2010

Iman dan Istiqomah

Hingga saat ini sedikit sekali manusia yang menyadari bahwa hidup yang dimilikinya adalah pemberian Allah SWT. Entah kenapa, jarang sekali kita berpikir secara mendalam mengenai apa sesungguhnya makna dan hakikat kehidupan ini. Terkadang kita berpikir tentang hidup, tapi tak lebih dari sekedar bertahan hidup, bukan berpikir bagaimana caranya agar kita mendapat kebaikan dalam hidup.

Untuk menyempurnakan perjalanan hidup ini. Mari kita sejenak mencermati apa yang dilakukan oleh sufyan bin Abdillah Ats-tsaqafy r.a. melihat sebuah pertanyaan yang pernah beliau sampaikan kepada Rasulullah SAW, tampaknya beliau termasuk orang yang sangat perhatian terhadap hidup dan ingin selalu mendapat kebaikan dalam hidup. Suatu hari sahabat Rasul ini mendatangi Rasulullah SAW dan meminta mutiara nasihat kepada beliau untuk memandu jalan hidupnya. Ia berkata: ”Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu kalimat yang dapat aku jadikan pegangan, sehingga aku tidak perlu bertanya kepada yang lain”. Nabi Muhammad SAW menjawab: “katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah” (HR Muslim)

Sebuah pertanyaan sederhana namun dijawab secara sangat cerdas oleh Rasulullah SAW dimana semua sisi jawaban beliau begitu penting untuk direnungkan. Mengenai jawaban Rasul ini, Imam Nawawi dalam kitab Riyadlus shalihin menerangkan bahwa Rasulullah SAW seolah ingin mengatakan; “perbaharuilah imanmu dengan penuh kesadaran, dengan bentuk ucapan yang disertai pengertian dan tanggung jawab atas pengakuan ucapan tersebut.”

Bangga Menjadi Muslim

"Dialah (Allah) yang telah menamakan kamu sekalian Muslimin dari dulu dan didalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dialah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Q. S. Al Hajj:78)

Saat ini kebanyakan orang bangga dengan nama dan julukan serta gelar yang disandangnya, namun enggan menyandang julukan sebagai Muslim. Hingga banyak diantara mereka yang enggan menyatakan dan menampakkan bahwa dirinya muslim. Sebagian lagi malah lebih parah, mereka banyak yang bangga mendapat julukan dan sebutan yang negatif dan buruk dan bangga akan keburukan dan kejahatan yang mereka lakukan. Sementara itu yang muslim ada juga yang tidak puas dengan titel muslim saja, maka mereka menambahinya dengan embel-embel yang tak jelas juntrungannya. Seperti tambahan liberal, subtantif, moderat dan lain sebagainya. Tidak puas dengan diri sendiri, mereka juga menjuluki muslimin lain dengan bermacam-macam, seperti ekstrim, fundamentalis dan lain sebagainya.

Adalah julukan dan predikat sebagai muslim merupakan penghormatan dan kemuliaan dari Allah Sang Pencipta Alam yang langsung menamakan orang-orang yang beriman dengan julukan tersebut. Lalu apakah yang membuat orang-orang enggan menampakkannya? Mungkin yang paling menonjol adalah timbulnya pandangan di kalangan Muslimin bahwa dunia itu segalanya, dan orang yang memiliki kedudukan, harta di dunia memiliki kemuliaan di atas mereka. Sehingga menimbulkan rasa rendah diri di hadapan kemewahan dunia.

Karakter Pemimpin Revolusioner

Berbicara tentang kepemimpinan dalam Islam, maka kita akan mendapatkan sosok-sosok yang menjadi panutan kita. Rasulullah Muhammad SAW beliau adalah pemimpin ummat Islam, kepala negara, amirul jihad, kepala rumah tangga, dan seorang sahabat yang begitu bersahaja di tengah-tangah sahabat yang lain. Sosok-sosok pemimpin ummat Islam yang lain adalah para Sahabat, Abu Bakar as Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ali bin Abi thalib, Utsman bin Affan, Shalahuddin al Ayyubi, Muhammad al Fatih, dll.

Ketika melihat sosok-sosok di atas mereka adalah pemimpin-pemimpin revolusioner yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki syaksyiyah Islamiyah yang tangguh. Mereka berlemah lembut dan bersikap keras karena dipimpin oleh pemikiran Islam. Sebagai contoh sosok Umar bin Khaththab dan Abu Bakar as Shiddiq yang bertolak belakang karakternya. Umar yang keras dan Abu Bakar yang lembut tidak membuat sekat diantara keduanya untuk mendedikasikan dirinya bagi kejayaan Islam.

Karakter Umar yang keras tidak kemudian membuat kaum muslim pada masa itu benci dengan beliau. Begitupun dengan sososk Abu Bakar yang lemah lembut tidak membuat kaum muslim pada masa itu menjadikan figur yang diunggulkan dibandingkan Umar. Meskipun Abu Bakar lebih awal memeluk Islam dibandingkan Umar.

Jumat, 26 Maret 2010

BACA!: Investiasi Terbaik Pengemban Dakwah

Dalam hidup saya, saya banyak sekali bertemu dengan orang-orang yang hebat atau super hebat. Beberapa orang menginspirasi saya dengan caranya sendiri-sendiri. Terkadang orang-orang semacam ini membuat saya berfikir: “Bagaimana mereka bisa menjadi seperti ini?”. Akhirnya setelah melihat kesamaan pada mereka semuanya saya bisa menyimpulkan satu hal yang sederhana: “Mereka sama-sama punya perpustakaan pribadi”.

Membaca adalah suatu aktivitas yang istimewa, bahkan Allah swt telah menegaskannya dalam ayat pertama yang dia turunkan dalam al-Qur’an. Dan Allah menurunkan ayat pertama ini dalam bentuk perintah, Iqra’ – Bacalah!. Ini menandakan bahwa Allah betul-betul mewajibkan kaum muslim untuk “membaca” yang pada akhirnya akan membuatnya mendapatkan Allah swt sebagai Tuhannya dan Islam sebagai agamanya.

Ada suatu ungkapan yang menyatakan "Membaca adalah kunci keberhasilan di sekolah (Reading is the key to success in school). Ungkapan ini dibahas secara menarik dalam buku "The World Book student Handbook". Dalam bab "Why is Reading Important" dibahas tentang sekelompok guru di Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan tentang murid sekolah dan problema belajar. Salah satu kesimpulan mereka yang menarik adalah:

Peran Mahasiswa Muslim Dalam Menyikapi Liberalisme

Peran serta mahasiswa dalam menyikapi kemungkaran sangatlah penting. Mahasiswa merupakan kader muda yang kelak posisinya akan menggantikan para pemimpin untuk merubah peradaban yang sudah ada saat ini menjadi peradaban yang lebih baik. Mahasiswalah generasi intelektual yang kelak merubah peradaban kufur menjadi peradaban Islam. Mengembalikan kehidupan masyarakat sesuai dengan fitrahnya, yakni kehidupan yang sesuai dengan ketentuan syariah. Allah memerintahkan kaum intelektual ini untuk bertaqwa. Kaum intelektual adalah kaum yang berakal. Allah berfirman : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal” (QS. al-Baqarah : 197).

Kemerosotan berfikir dan malasnya umat untuk berfikir menjadikan dakwah Islam hanya sebatas ibadah ritual. Sebagian para pengemban dakwah baik dari kalangan mahasiswa maupun kaum cendikiawan, membatasi aktivitas dakwahnya hanya membahas seputar masalah ibadah, sehingga aqidah Islam terlihat seperti agama ritual saja, yang mengatur shalat, zakat, puasa dan haji. Islam yang sempurna ini terlihat tidak ada bedanya dengan agama-agama lain yang sekedar membahas masalah-masalah ritual. Padahal aqidah Islam bukan hanya aqidah yang menjadi dasar pengaturan urusan akhirat saja, tetapi juga menjadi dasar pengaturan urusan dunia, seperti urusan pemerintahan, pedidikan, ekonomi, hukum, sosial, perindustrian dan lain-lain. Dengan kemerosotan berfikir umat itu pula muncullah pergerakan-pergerakan liberal di berbagai tempat. Gerakan liberal muncul karena paham sekularisme. Sekulerisme yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan masyarakat dan negara. Paham ini lahir dari ideologi Kapitalisme yang diusung oleh negara kufur Barat. Ideologi Kapitalisme dalam aplikasinya bersumber dari akal manusia yang sangat terbatas. Mereka hidup bermasyarakat dengan aturan yang mereka buat sendiri, sehingga perbuatan yang mereka lakukan serba bebas (liberalisme), baik dalam permasalahan aqidah, maupun dalam hal kebebasan berpendapat, kebebasan pribadi, kebebasan kepemilikan dan kebebasan pemikiran. Dengan munculnya paham liberalisme inilah peradaban semakin rusak, aqidah umat makin terpuruk, tindak kriminal meningkat tajam, kemungkaran terjadi di mana-mana. Lalu, adakah mahasiswa muslim sebagai generasi intelektual muda umat ini yang peduli dengan kenyataan ini? Bergeraklah kailan mahasiswa! Allah berfirman : “Apabila kalian menolong agama Allah, maka (pasti) Allah akan memberi kalia kemenangan” (QS. Muhammad : 7). “Dan tidaklah kemenangan itu melainkan dari sisi Allah yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali-Imran : 126).

Hal penting yang menjadi tugas suci mahasiswa muslim untuk mengamban Islam dan membongkar keburukan-keburukan liberal adalah berdakwah, berdakwah dan berdakwah. Tidak ada cara lain selain berdakwah untuk memahamkan umat akan kufurnya paham liberalisme. Akibat dari mengakarnya liberalisme, khususnya kebebasan dala pemikiran, maka muncullah beragam pemikiran yang menyesatkan. Lahirnya demokrasi, nasionalisme, pluralisme dan lain-lain tidak lepas dari strategi kafir Barat untuk mencampakkan Islam sejauh-jauhnya dari ruh umat Islam. Tidaklah mengherankan jika kaum liberal ini mengadakan gerakan “Desakralisasi Al-Quran”. Desakralisasi adalah “proses penidaksucian”. Seperti yang disebutkan dalam jurnal bernama Justisia yang diterbitkan di IAIN Semarang edisi 23 Th.XI, yang menulis di sampul belakangnya : “Adakah Sebuah Objek Kesucian Dan Kebenaran Yang Berlaku Universal? TIDAK ADA! Sekali Lagi TIDAK ADA! Tuhan Sekalipun!”. Munculnya pergerakan-pergerakan liberal ini, mengawali periode kemungkaran, karena kemungkaran makin menjamur dan terjadi di mana-mana sedangkan sunnah semakin terkikis di hati ummat.

Pemikiran-pemikiran menyimpang sudah menjadi opini umum. Hal ini menjadi sebuah hal yang wajar terjadi karena memang di sekolah-sekolah di negara ini di dukung oleh pemerintahan sekuler untuk menggunakan kurikulum sekularisme yang mengajarkan demokrasi, patriotisme, nasionalisme, emansipasi, persamaan gender, kebebasan berpendapat dan lain-lain yang kesemuanya sangat bertentangan dengan Islam. Ingatlah bahwa yang dimaksud kemungkaran adalah setiap pemikiran, ucapan, maupun perbuatan, yang tidak sesuai dengan syariah Islam. Kemungkaran bisa terjadi pada diri individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Namun saat ini secara sadar maupun tidak sadar, makna kemungkaran sudah mengalami penyempitan. Sehingga maknanya cenderung diartikan sebagai tindakan kriminal individu ataupun kelompok. Kemungkaran saat ini dimaknai sebatas aktivitas-aktivitas seperti mencuri, membunuh, menipu, berjudi, korupsi, riba dan lain sebagainnya. Penyempitan makna kemungkaran terjadi sejak melemahnya Khilafah Islamiyah sampai saat ini. Hal ini tidak terlepas dari sebab kemerosotan taraf berfikir umat. Inilah tanggung jawab mahasiswa muslim dan tidak menutup tanggungjawab setiap muslim untuk kembali meningkatkan taraf berfikir umat agar makna kemungkaran sesuai dengan makna yang dimaukan oleh syariat, yakni setiap pemikiran, ucapan, maupun perbuatan, yang tidak sesuai dengan syariah Islam.

Tepat sekali kiranya hadits Rasulullah SAW yang menceritakan akan keadaan keterasingan Syariah Islam ini. Rasulullah barsabda, “Islam bermula dalam keadaan asing, dan ia akan kembali asing seperti keadaan semula. Maka berbahagialah al-ghuroba’. (HR. Muslim). Siapakah al-ghuroba? Rasulullah menjawab. “Yaitu orang-orang yang berusaha memeperbaiki sunnahku yang telah dipadamkan oleh manusia sepeninggalanku”. (HR. Tirmidzi).

Kemungkaran sudah tidak lagi dianggap kemungkaran. Salah satu contoh kemungkaran yang tidak dianggap sebagai kemungkaran adalah kemungkaran yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mengadopsi, menerapkan, dan menyebarluaskan sistem demokrasi. Padahal kita tahu bahwa sistem demokrasi bertentangan dengan syariah Islam, karena Kredo demokrasi mengatakan, “suara rakyat adalah suara tuhan (vox populei vox dei)”, dan hal ini bertentangan dengan syariah Islam yang menyatakan bahwa, “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” (QS. Al-An’am: 57). Dalam Islam kekuasaan legislatif hanyalah milik Allah semata, bukan milik manusia. Tapi apa yang terjadi dengan pemimpin negara ini, kaum cendikiawannya, atau bahkan sebagian mahasiswa sekalipun? Mereka menerima, mendukung dan memperjuangkannya. Ini sesuatu yang wajar ketika negara ini berdiri di atas ideologi sekularisme.

Menyingkirkan syariat Allah dan mengantinya dengan undang-undang buatan sendiri karena dianggap sudah tidak relevan untuk negara yang beranek ragam agama, sudah dianggap bukan merupakan bentuk kemungkaran. Syariat Islam hanya diadopsi sedikit dalam beberapa permasalahan saja, seperti dalam urusan pernikahan. Apakah kita mengira bahwa Allah akan memakluminya?

Khusuk

Allah Swt berfirman:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya… (QS.Al-Mu’minun: 1-2)

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyu’) mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Al-Hadid: 16)

Dalam dua ayat di atas, Allah Swt menyampaikan bahwa khusyu’ telah menjadi sebuah kewajiban ketika berdzikir kepadaNya, baik dalam sholat maupun lainnya.

Khusyu’ ternyata menjadi syarat shalat kita diterima oleh Allah Swt, tentu disamping syarat dan rukun yang lainnya. Karena nilai shalat kita dinilai dari selama apa kita kekhusyuan di dalamnya. Khusyu’ menjadi bagian terpenting yang harus kita lakukan ketika kita shalat. Terlebih bagi para pengemban dakwah. Khusyu’ harus menjadi senjata ketika menghadapkan wajah kita di hadapan Allah Swt. Tentu sangat aneh apabila seseorang mengaku menjadi seorang pengemban dakwah tetapi ia tidak pernah merasakan kekhusyu’an dalam shalatnya.

Para ulama telah banyak mendefinisikan apa itu khusyu’. Salah satunya adalah yang disampaikan oleh Imam Al-Ghozali. Beliau menyampaikan bahwa khusyu’ adalah merendahnya/tunduknya hati kita di hadapan Allah dengan penuh konsentrasi. Atau terkonsentrasinya hati kita hanya semata-mata menghadap kepada Allah dengan penuh ketundukan dan takut kepada Allah Swt. Khusyu’ ternyata adalah buah dari keadaan hati kita.

Bagaimana agar khusyu kita raih saat melakukan shalat? Imam Al-Ghozali menyampaikan bahwa seseorang yang menginginkan khusyu’ dalam shalatnya maka ia harus melakukan 6 pekerjaan hati. Apa saja pekerjaan hati yang beliau maksudkan?.

Pertama, hadir dan sadarnya hati (khudlurul qalbi). Khudlurul qalbi adalah kita sadar, merasakan, menyadari bahwa kita sedang shalat. Kita merasakan bahwa kita sedang diawasi, disaksikan dan didengar setiap kata dan perbuatan kita oleh Allah Swt. Kita sadar bahwa kita sedang takbir, ruku’, sujud, dll. Artinya, ketika kita tidak menanggapi lintasan hati dalam urusan selain shalat ketika kita shalat. Maka pada saat itu berarti kita sudah tidak khudlurul qalbi. Tidak khusyu’. Maka ketika kita sedang shalat kemudian muncul lintasan aktivitas selain shalat segeralah kita konsentrasi kembali kepada apa yang sedang kita baca dan lakukan dalam gerakan-gerakan shalat. Tidak kita tanggapi lintasan-lintasan tersebut. Kita hanya konsentrasi pada apa yang kita baca dan lakukan dari pekerjaan-pekerjaan shalat. Tak heran kebanyakan orang sering tidak sadar ia sedang melakukan apa, sering terlupa.

Kesadaran ini harus kita jaga dan bangun mulai terdengar suara adzan. Dan tentu kita harus segera bersiap dan bergegas untuk menunaikan panggilan Allah ini. Tersadar untuk segera shalat dan tidak menunda-nunda. Termasuk ketika mulai melakukan wudhu. Kita sadar sepenuhnya. Termasuk juga ketika kita sedang melakukan shalat.

Ketidaksadaran seseorang dalam shalatnya bisa terjadi ketika ia sudah mulai menanggapi lintasan hati dalam urusan selain shalat. Ketika kita sudah melakukan takbiratul ihram berarti kita sudah mengharamkan semua pekerjaan dan pikiran selain shalat. Memikirkan tugas, pekerjaan, teman itu semua tentu bukan bagian dari pekerjaan shalat. Maka ia sudah merusak shalat kita. Memikirkan bacaan al-fatihah, ruku dan sujud, itu semua merupakan pekerjaan shalat. Maka itu yang harus kita lakukan.

Kedua, tafahum (faham). Tafahum artinya memahami setiap bacaan dan gerakan yang kita lakukan saat shalat. Tafahum tentu dapat kita lakukan apabila kita mengerti setiap bacaan shalat. Kemudian kita tafakur makna dari arti-arti tersebut. Ketika kita membacakan “Allahu Akbar!” kita mengerti dan faham bahwa Allah sajalah yang Maha Besar, Allahlah yang berkuasa atas segala sesuatu. Begitu juga ketika kita membacakan “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin”. Kita sadar, mengerti dan yakin bahwa segala puji hanya untuk Allah. Begitu juga dengan bacaan-bacaan yang lainnya.

Ketiga, adanya perasaan hormat/ta’zim (haibah). Ketika kita sedang shalat harus ada perasaan ta’zim dan hormat kepada Allah Swt. Ketika kita dipanggil dengan orang yang memiliki kekuasaan di dunia ini, sering kita begitu hormat, maka kita harus lebih hormat lagi ketika kita sedang menghadap Allah Swt, penguasa jagat raya ini. Takut yang lahir dari rasa hormat dan ta’zim. Sehingga tentu bagi orang yang khusyu, ia tidak akan melalaikan satu pun hal aktivitas dalam shalatnya. Ia akan berusaha untuk mempersembahkan yang terbaik, bacaan dan gerakannya.

Keempat, hadirnya perasaan takut (khauf). Rasa takut ini lahir akan dosa-dosa yang pernah kita lakukan selama ini. Takut juga dengan kejadian-kejadian setelah kehidupan ini, kejadian-kejadian ketika kita dibangkitkan. Rasa takut ini lahir bahwa tidak satu pun perbuatan kita yang lolos dari pemeriksaan di yaumil akhir nanti. Rasa takut ini juga akan lahir ketika kita mengenal bagaimana kejadian-kejadian setelah kematian kita. Takut akan siksanya yang maha dahsyat. Takut akan murkanya. Takut akan ketidakridhoan Allah atas perbuatan-perbuatan kita selama ini.

Kelima, adanya perasaan roja (harap) kepada Allah Swt. Khusuk juga akan lahir ketika dalam hati kita ada perasaan roja (harap) kepada Allah Swt. Penuh pengharapan atas rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu. Penuh pengharapan atas ampunan Allah yang lebih luas dari dosa-dosa kita. Ketika kita shalat hadirkan perasaan harap bahwa shalat kita dapat diterima oleh Allah Swt. Penuh pengharapan atas ridho Allah.

Keenam, hadirnya perasaan malu (hayya). Perasaan malu ini akan mengantarkan kita pada kekhusyuan ketika kita sedang melaksanakan shalat. Ketika kita membacakan ihdinash shiratal mustaqim.., kita mengharapkan jalan kebaikan, tapi kita malu bahwa mungkin selama ini kita tidak mengikuti jalan petunjuk itu. Kita malu bahwa Allah Swt telah banyak memberikan nikmat sementara kita hadirkan diri kita di hadapannya penuh dengan dosa. Kita malu bahwa kita menyadari banyak melakukan dosa sementara sangat sedikit kita bertaubat. Kita pun merasakan malu akan aib-aib yang selama ini ditutupi oleh Allah Swt sementara kita sangat sedikit usaha untuk membersihkannya. Kita sadar bahwa usia kita tinggal sebentar, kita malu, sisa usia ini belum dimanfaatkan untuk mengumpulkan bekal menghadapi kematian. Kita malu.

Dengan enam aktivitas hati ini insya Allah shalat kita akan bernilai dan kita akan merasakan nikmatnya shalat, bersujud di hadapanNya. Dengan kekhusyuan inilah kita akan mendapatkan nikmat berkhalwat dengan-Nya. Tentu bagi para pengemban dakwah, shalatnya harus lebih baik. Semoga.

Menajamkan Mata Hati

Suatu hari Baginda Rasulullah SAW melewati seorang sahabat yang sedang membaca Alquran. Sampailah ia pada ayat yang artinya: Jika langit terbelah dan memerah seperti kulit merah (TQS ar-Rahman [55]: 37). Seketika tubuhnya gemetar dan ia menangis seraya bergumam, “Duh, apa yang bakal terjadi dengan diriku sekiranya langit terbelah (terjadi kiamat)? Sungguh malang nasibku!” Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, “Tangisanmu menyebabkan para malaikat pun turut menangis.”

Dikisahkan pula, Abdullah bin Rawahah ra suatu ketika tampak sedang menangis dengan sedihnya. Melihat itu, istrinya pun turut menangis hingga Abdullah bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Istrinya menjawab, “Melihatmu menangis, itulah yang menyebabkan aku menangis.” Abdullah bin Rawahah ra lalu bertutur, “Saat aku membayangkan bahwa aku bakal menyeberangi shirâth, aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau tidak. Itulah yang membuatku menangis.” (al-Kandahlawi, Fadhâ'il A'mâl, hlm. 565.)

Kisah-kisah semacam ini yang menggambarkan rasa takut para sahabat, juga generasi salafush-shalih, terhadap azab Allah SWT sangatlah banyak. Wajarlah jika mereka adalah orang-orang yang selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan dalam menjauhi kemaksiatan kepada-Nya karena begitu dahsyatnya rasa takut mereka kepada-Nya. Benarlah Fudhail bin Iyadh saat berkata, “Rasa takut kepada Allah SWT selamanya akan membawa kebaikan.”

Bagaimana dengan generasi Muslim saat ini? Sayang, rasa takut kepada Allah SWT sepertinya begitu sulit tumbuh pada kebanyakan kita. Yang terjadi sering sebaliknya. Kita seolah-olah menjadi orang yang paling berani menghadapi azab Allah SWT kelak pada Hari Kiamat. Bagaimana tidak? Perilaku kebanyakan kita menunjukkan demikian. Menerapkan hukum-hukum kufur, mencampakkan hukum-hukum Allah, menerapkan hukum secara tidak adil dan berlaku lalim terhadap rakyat tak lagi dipandang sebagai maksiat. Korupsi, kolusi dan suap-menyuap tak lagi dipandang sebagai dosa. Riba, judi, dan berlaku curang dalam bisnis tak lagi dianggap tindakan salah. Mengobral aurat, bergaul bebas, selingkuh dan zina tak lagi dipandang sebagai perbuatan laknat. Demikian seterusnya. Perilaku demikian nyata sekali menunjukkan bahwa kebanyakan generasi Muslim saat ini adalah orang-orang yang berani menantang azab Allah SWT yang sesungguhnya mahadahsyat! Padahal jika ada setitik saja pada diri kita rasa takut kepada Allah SWT, kita tentu akan selalu berusaha meninggalkan semua perbuatan terkutuk tersebut.

Sepantasnyalah kita malu dengan generasi shalafush-shalih sebagaimana direpresantasikan oleh secuil kisah sahabat di atas. Bagaimana tidak. Sebagian mereka sudah mendapatkan jaminan Allah SWT untuk masuk surga. Namun, toh rasa khawatir dan takut kepada Allah SWT yang luar biasa sering menyelimuti sebagian besar kalbu mereka. Simaklah kembali kekhawatiran dan rasa takut Umar ibn al-Khaththab ra., salah seorang sahabat besar Rasulullah SAW yang telah dijamin masuk surga, saat beliau bertutur, “Pada Hari Kiamat nanti, apabila diumumkan bahwa semua manusia akan masuk surga, kecuali seorang saja yang masuk neraka, maka aku sangat khawatir bahwa yang seorang itu adalah aku karena begitu banyaknya dosa-dosaku.”

Bagaimana dengan kita? Meski jelas kita sangat jauh lebih banyak dosanya daripada Umar bin al-Khaththab ra dan belum pasti mendapatkan 'tiket' masuk surga, rasa khawatir dan takut kepada azab Allah SWT sepertinya sulit tumbuh dalam diri kita. Kebanyakan kita santai-santai saja, bahkan sepertinya sudah kebal dengan rasa takut kepada Allah SWT, dan tidak khawatir dengan azab-Nya yang pasti siapapun mustahil sanggup menanggungnya.

Jika sudah demikian, sepertinya kita perlu kembali merenungkan firman Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi, “Aku tidak akan mengumpulkan dua ketakutan pada seorang hamba. Jika ia tidak takut kepada-Ku di dunia maka Aku akan memberinya rasa takut di akhirat. Jika ia takut kepada-ku di dunia maka Aku akan menghilangkan rasa takut pada dirinya di akhirat.”

Karena itu, benarlah Abu Sulaiman Darani saat berkata, “Kecelakaanlah bagi jiwa yang kosong dari rasa takut kepada Allah SWT!”

Lantas mengapa kebanyakan generasi Muslim saat ini begitu hampa dari rasa takut kepada Allah SWT? Tidak lain, sebagaimana dinyatakan Allah SWT sendiri, “Sesungguhnya bukanlah mata-mata lahiriah mereka yang buta, tetapi yang buta ialah mata-mata hati mereka yang ada di dalam dada.” (TQS al-Hajj [22]: 46).

Ya, kebanyakan mata hati kita memang sudah dibutakan oleh gemerlap dunia yang sesungguhnya bersifat sementara dan cenderung menipu. Akibatnya, kita tak sanggup lagi melihat pahala dan dosa, serta tak berdaya lagi menatap nikmat surga dan azab neraka yang sesungguhnya kekal dan abadi serta benar-benar 'nyata'.

Alhasil, marilah kita kembali menajamkan mata hati!

Kapitalisme Di Ujung Tanduk, Khilafah Di Depan Mata (Bagian 2 Dari 2 Bagian)

Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Dalam lima tulisan ke depan, untuk menguatkan gerak dakwah berbasis visi dan nilai utama, berturut-turut secara bersambung, akan ditayangkan dua tulisan istimewa yang saya dapatkan dari dua sahabat pejuang Islam. Tulisan kali ini adalah hadiah ustadz Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI. Beliau adalah Ketua Lajnah Siyasiyah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Kalimantan Selatan, Direktur Institut Ekonomi Ideologis, dan Pengamat Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (Website Jurnal Ekonomi Ideologis www.jurnal-ekonomi.org dan Email muttaqin@jurnal-ekonomi.org Alamat e-mail ini diproteksi dari spambot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya ).

Selamat menikmati, semoga bukan hanya inspirasi yang didapat, namun lebih dari itu, keyakinan akan visi dakwah semakin menguat yang dengannya dakwah pun akan makin melaju tak tertahankan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin pun akan segera kembali tegak. Insya Allah.



“Selanjutnya akan datang suatu kekhalifahan yang berjalan di atas manhaj kenabian”
(H.R. Ahmad)

Inilah sambungannya …

Dunia Membutuhkan Khilafah
Kapitalisme telah kehilangan moral untuk menyatakan dirinya sebagai ideologi yang benar dan mampu mengangkat kesejahteraan manusia. Sebab ditinjau dari aspek manapun Kapitalisme merupakan ideologi yang bangkrut. Baik dilihat dari sisi asas sekularisme yang menenggelamkan fitrah manusia untuk beragama dan beribadah dengan benar kepada Allah SWT, maupun dari aspek kekinian. Aspek kekinian sudah menggambarkan negara pimpinan Kapitalisme sudah berada dalam proses kebangkrutan. Sedangkan aspek kemanusiaan secara global menunjukkan betapa jahatnya ideologi ini terhadap umat manusia.

Secara konsep ideologi ini di samping batil dari sisi Islam, juga batal dengan adanya intervensi pemerintah membailout dan merekapitalisasi perbankan di negara-negara Barat. Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy menyatakan era sistem yang tanpa regulasi telah berakhir. Ide free market dan laissez faire dalam ideologi Kapitalisme benar-benar mengalami kebuntuan sejarah. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menyatakan perlunya sistem keuangan global yang baru untuk mengganti sistem Bretton Woods yang sudah 64 tahun tegak. Negara-negara Kapitalis dan para pendukungnya harus jujur mengakui kebangkrutan ide Kapitalisme sehingga tidak layak sistem ini dipertahankan.

Dalam aspek kemanusian, selama satu abad terakhir Kapitalisme berkuasa umat manusia semakin menderita. Kemajuan teknologi tidak memiliki manfaat yang cukup banyak untuk mengangkat harkat kemanusiaan ke tingkat yang lebih baik. Justru teknologi dijadikan senjata pemusnah massal dan alat untuk menguasai sumber daya alam negara-negara dunia ketiga.

Situasi kemanusiaan global memperlihatkan hampir separo penduduk dunia (3 milyar jiwa) hidup dengan pengeluaran sehari di bawah US$ 2,5 dan 80% umat manusia hidup di bawah US$ 10 per hari. Sebanyak 80% penduduk dunia tinggal di negara-negara dengan tingkat kesenjangan yang sangat lebar. 40% penduduk termiskin dunia hanya dapat menghasilkan 5% pendapatan total dunia. Sedangkan 20% penduduk terkaya dunia menghasilkan pendapatan 75% dunia. Menurut UNICEF, 26.500 - 30.000 anak-anak dunia setiap harinya mati karena kemiskinan. 80% produksi pangan dunia habis dikonsumsi 20% orang terkaya dunia.

Kapitalisme membuktikan dirinya sebagai ideologi yang tamak. Sebab sistem ini mendorong segala motif perbuatan dilakukan atas dasar ketamakan (profit oriented) sehingga nilai-nilai kemanusian pun hampir hilang apalagi nilai-nilai ruhiyah. Peraih Nobel Ekonomi dari Banglades, Muhammad Yunus menyatakan ketamakan Kapitalisme menjadi bahan bakar Kapitalisme. Ketamakan ini pula yang menyebabkan Kapitalisme mengadopsi riba dan judi sebagai basis transaksi ekonomi. Akibatnya sistem keuangan dunia telah berubah menjadi kasino.

Krisis finansial AS menunjukkan sistem Kapitalisme mengeksploitasi orang-orang miskin Amerika sebagai sumber keuntungan. Orang-orang miskin diberikan pinjaman untuk memiliki rumah (kredit subprime mortgage) dengan bunga yang tinggi sehingga sudah pasti mereka akan sangat kesulitan membayar cicilannya. Hutang-hutang orang miskin itu pun kemudian diperdagangkan di pasar modal sehingga nilainya menggembung (bubble) 15 kali lipat dari nilai hutang sebenarnya. Penggembungan hutang inilah yang menjadi sumber keuntungan para investor pasar modal. Penggembungan hutang ini juga yang menjadi sumber malapetaka AS ketika orang-orang miskin AS yang tidak mampu melunasi hutangnya sangat banyak jumlahnya.

Kematian Kapitalisme sudah di ambang mata. Inilah yang menjadi kegalauan para pemimpin Barat sehingga mereka menyatakan kekhawatirannya terhadap Islam, khususnya Islam yang diformalisasikan menjadi institusi dan perundang-undangan.

Pada akhir 2004, National Intellligende Council (NIC) Amerika Serikat mengeluarkan sebuah dokumen yang berjudul Mapping the Global Future: Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project. Dalam dokumen tersebut, NIC menyatakan kemungkinan munculnya Khilafah yang menjadi institusi kaum Muslim sedunia.

Seiring dengan kekhawatiran Barat terhadap Islam, ghirah kaum Muslim untuk menjadikan Islam sebagai sumber nilai dan tata aturan hidup semakin nampak. Sebuah polling di enam negara Arab yang hasilnya dipublikasikan 9 November 2005 menunjukkan keinginan diaplikasikannya Syariah Islam dalam kegiatan bisnis. Pada 29 Januari 2007, koran Inggris Guardian mempublikasikan hasil polling yang menyatakan semakin banyak kaum muda Islam yang ingin kembali ke Syariah.

Kemudian Universitas Maryland mengeluarkan laporan yang berjudul Muslim Public Opinion on US Policy, Attacks on Civilians and al-Qaeda. Laporan ini merupakan hasil jajak pendapat di empat negeri Muslim, yaitu Maroko, Mesir, Pakistan, dan Indonesia yang dilakukan antara 9 Desember 2006 hingga 15 Februari 2007. Hasilnya 65,2% kaum Muslim menginginkan bersatunya seluruh umat Islam di dalam satu institusi Khilafah. Polling terbaru di Indonesia yang dilakukan oleh Roy Morgan Research antara Juli 2007 hingga Maret 2008 menggambarkan mayoritas muslim Indonesia menginginkan diterapkannya Syariah Islam.

Dunia Islam sekarang mulai menggeliat. Mereka menginginkan hidup mulia dalam naungan Islam. Yaitu sistem Khilafah. Khilafah merupakan satu-satunya sistem pemerintahan yang sukses selama 1.300 tahun mengayomi dan mensejahterakan kehidupan umat dengan hukum-hukum Allah SWT.

Penutup
Khilafah adalah sistem warisan Nabi Muhammad SAW untuk menjaga kehidupan kaum Muslim, menegakan Syariah, dan menyebarkan rahmat Allah ke seluruh penjuru dunia. Para ulama dan imam mazhab bersepakat akan kewajiban mengangkat seorang khalifah yang memimpin umat dan menerapkan hukum-hukum Allah.

Dengan Khilafah, sistem ekonomi diatur berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Perekonomian yang eksploitatif berbasis riba dan judi dihapuskan. Perekonomian sektor riil berbasis halal haram digalakkan. Alat pembayarannya dinar dan dirham (mata uang berbasis emas dan perak). Kemudian perekonomian diatur ke dalam tiga hukum kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan negara, dan kepemilikan umum. Sedangkan setiap kebutuhan dasar warga negara dijamin pemenuhannya melalui politik ekonomi ekonomi yang adil. Inilah sistem ekonomi Islam yang akan diterapkan Khilafah.

Keruntuhan Barat dan ghirah umat menjadi tanda Khilafah sebagai realita yang akan muncul kembali. Harapan yang tidak saja berdasarkan kondisi terkini (fakta empiris) tetapi juga berasal dari keimanan. Rasulullah SAW bersabda “…Selanjutnya akan datang suatu kekhalifahan yang berjalan di atas manhaj kenabian” (H.R. Ahmad). Janji Allah SWT pasti terwujud. []

Sahabat Pembangkit Umat,
Kapitalisme sudah di ujung tanduk, khilafah di depan mata, jadi teruslah bergerak secara visioner. Semoga Allah Swt mengampuni dosa yang telah khilaf dilakukan, memudahkan langkah dakwah yang telah diayunkan dan merahmati komitmen dan konsistensi dakwah ini demi segera tegaknya izzah Islam dan kaum Muslimin. Amin.

Alhamdulillah …luar biasa … Allahu akbar!!!

Kapitalisme Di Ujung Tanduk, Khilafah Di Depan Mata (Bagian 1 Dari 2 Bagian)

Sahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan… apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa…Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Dalam lima tulisan ke depan, untuk menguatkan gerak dakwah berbasis visi dan nilai utama, berturut-turut secara bersambung, akan ditayangkan dua tulisan hadiah istimewa dari dua sahabat pejuang Islam. Tulisan kali ini adalah hadiah ustadz Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI. Beliau adalah Ketua Lajnah Siyasiyah DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Kalimantan Selatan, Direktur Institut Ekonomi Ideologis, dan Pengamat Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Selamat menikmati, semoga bukan hanya inspirasi yang didapat, namun lebih dari itu, keyakinan akan visi dakwah semakin menguat yang dengannya dakwah pun akan makin melaju tak tertahankan dan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin pun akan segera kembali tegak. Insya Allah.

“Selanjutnya akan datang suatu kekhalifahan yang berjalan di atas manhaj kenabian” (H.R. Ahmad)

Pengantar
Pada 8 Oktober 2005, di hadapan rakyat Amerika Serikat, Presiden George W Bush mengungkapkan kekhawatirannya atas kebangkitan Islam yang terbentang dari Spanyol hingga Indonesia. Kebangkitan yang sangat ditakuti itu adalah tegaknya sistem Islam yang mengatur dan mengurus kaum muslim dengan aturan-aturan dan hukum Allah SWT. Bush mengatakan:

“The militants believe that controlling one country will rally the Muslim masses, enabling them to overthrow all moderate government in the region, and establish a radical Islamic empire that span from Spain to Indonesia.”

Tiga bulan sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyerang kaum Muslim sedunia dengan menyebut ajaran Islam seperti jihad dan kesatuan ummat sebagai “ideologi jahat” (the ideology of evil). Pada 6 Oktober 2005, Menteri Dalam Negeri Inggris Charles Clarke di Heritage Foundation menyatakan sikap tidak akan memberikan kesempatan diterapkannya Syariah Islam dan tegaknya sistem Khilafah. Clarke mengatakan:

“… there can be no negotiation about the recreation of the Caliphate. There can be no negotiation about the imposition of Shariah law …”

Cukup banyak ungkapan-ungkapan para pemimpin Barat yang menyatakan kebencian terhadap Islam dan upaya mereka untuk menenggelamkan Islam. Karena itulah Barat melakukan war on terror, menundukkan penguasa negeri-negeri muslim, dan meliberalkan agama yang telah dipeluk ummat.

Namun upaya tersebut sia-sia. Sebab di balik propaganda mereka terhadap Islam, Barat melupakan kerapuhan ideologi Kapitalisme. Kapitalisme yang dibangun dengan asas Sekularisme merupakan ideologi yang bersifat self-destructive (menghancurkan dirinya sendiri).

Kebangkrutan Finansial
Dua tahun setelah serangan opini Bush-Blair terhadap Syariah dan Khilafah, sistem keuangan AS dan Inggris menghadapi goncangan berat. Pertengahan 2007 perekonomian AS dan negara-negara Barat mulai menghadapi masa suram dengan krisis kredit (credit crunch) yang menelan kerugian ratusan milyar dollar dan menyebabkan kebangkrutan korporasi finansial.

Pada permulaan tahun 2008 Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia melambat dan terjadinya kegentingan pasar kredit di negara-negara maju. Kondisi kegentingan ini menenggelamkan indeks bursa efek dunia ke tingkat yang paling rendah sejak 2001. Selama Januari 2008, pasar modal dunia kehilangan nilai kapitalisasinya sebesar US$ 5,2 trilyun atau Rp 49.400 trilyun. Kerugian ini setara dengan 54 kali penerimaan APBN-P Indonesia 2008.

Meskipun dana ratusan milyar dollar telah digelontorkan oleh bank sentral Barat termasuk Jepang, dan bank yang bangkrut telah dinasionalisasi, krisis kredit tidak dapat dihentikan. IMF memperkirakan potensi kerugian krisis kredit (credit crunch) mencapai US$ 1 trilyun (Rp 9.500 trilyun) atau lebih. Bahkan IMF menyatakan krisis kredit telah membawa AS kepada goncangan krisis keuangan yang terbesar sejak Depresi besar (Great Depression) 1929.

Kini perhatian dunia terpusat ke pasar modal. Indikator-indikator finansial menunjukkan suasana yang kelam bagi negara-negara dunia khususnya Amerika Serikat. Kebangkrutan besar-besaran sedang berjalan. Tidak hanya melanda AS tapi juga seluruh dunia khususnya Eropa dan Jepang.

Bangkrutnya Lehman Brothers (10/09/2008) dengan nilai kerugian US$ 3,9 milyar menyeret kehancuran perusahaan asuransi terbesar AS American International Group (AIG). Kebangkrutan ini menimbulkan efek berantai. Para investor tidak percaya lagi dengan ketangguhan sistem keuangan AS. Hal ini menyebabkan penjualan besar-besaran, surat-surat berharga di pasar modal Wall Street. Akibatnya kejatuhan pasar modal Amerika berimbas pada kejatuhan pasar modal di seluruh dunia. Rata-rata pasar modal dunia kehilangan nilai antara 30% hingga 60% dalam satu tahun terakhir.

Krisis pasar modal semakin memperparah krisis kredit. Trilyunan dollar AS dikucurkan hanya untuk menunda waktu kebangkrutan. Bukan untuk menyelesaikan masalah. Kapitalisme yang sangat membenci intervensi negara dalam perekonomian (laissez faire) terpaksa menasionalisasi korporasi finansial dan membayar hutang swasta (bail out) secara besar-besaran. Dengan ini Kapitalisme terpaksa melacurkan ideologinya. Betapa bobrok dan rapuhnya sistem keuangan yang ditopang riba dan judi.

Di AS, pemerintahan Bush memaksa rakyat Amerika membayar hutang-hutang perbankan sebesar US$ 700 milyar atau setara Rp 6.650 trilyun. Hutang yang tentunya tidak pernah dilakukan dan dinikmati rakyat. Tidak hanya itu, Bush juga menambah beban rakyat dengan program rekapitalisasi perbankan senilai US$ 250 milyar (Rp 2.375 trilyun) dan pembelian aset-aset bank US$ 100 milyar (Rp 950 trilyun). Semuanya harus didanai rakyat AS untuk membayar keserakahan para investor. Belum lagi dana US$ 900 milyar (Rp 8.550 trilyun) yang digelontorkan bank sentral AS The Federal Reserve untuk melakukan intervensi pasar, yang pasti dapat memicu inflasi.

Di Eropa, pemerintah Inggris mengeluarkan dana rakyat sebesar £ 500 milyar untuk rencana penyelamatan sistem keuangan mereka. Sebesar £ 119 milyar atau US$ 215 milyar (Rp 2.042,5 trilyun) dihabiskan untuk menasionalisasi bank nasional Inggris Northern Rock yang sudah bangkrut. Negara perekonomian terbesar ketiga dunia, Jerman harus mengeluarkan dana Euro 400 milyar untuk menjamin perbankannya dan Euro 100 milyar untuk program rekapitalisasi.

Amerika tidak Lagi Adi Daya
Krisis kredit yang melahirkan krisis finansial secara lebih luas telah menggerogoti status AS sebagai negara adidaya. Hal ini diakui kandidat wakil presiden partai Demokrat Joe Biden yang menyatakan krisis finansial menggerogoti kemampuan AS dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara lain. Padahal selama ini hutang telah menjadi senjata utama AS di luar metode perang untuk menundukkan negara-negara lain.

Seruan AS agar dunia bersatu menghadapi krisis finansial pun ditolak. Jerman dan negara-negara anggota G-7 lainnya menolak permintaan AS untuk memborong saham-saham bank bermasalah akibat krisis kredit. Jerman mengecam sistem keuangan dunia yang didominasi AS dan Inggris. Di hadapan parlemen Jerman, Menteri Keuangan Peer Steinbrueck menyatakan AS akan kehilangan statusnya sebagai negara superpower dalam sistem keuangan global.

Sebelum krisis finansial separah September-Oktober tahun ini, sekitar akhir Maret, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva menelpon Bush dan menyatakan kecamannya terhadap kezaliman AS dalam perekonomian dunia. Ia mengatakan: “Begini ya nak, Negara Brazil selama 26 tahun tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, dan saat ini kami sudah mulai tumbuh. Sekarang kamu menginginkan kita menghambatnya? Urusi saja krisismu sendiri!”.

Dalam sidang Majelis Umum PBB akhir bulan lalu, para pemimpin dunia menyatakan kejengkelannya terhadap Amerika, karena krisis finansial AS mengancam kesinambungan perekonomian negara mereka. Dunia telah beropini AS dengan sistem Kapitalismenya telah menjadi sumber malapetaka. Mantan pejabat Departemen Keuangan AS, Brad Setser menyatakan krisis telah mengubah persepsi dunia dan merusak kredibelitas AS. “Jelas, ini adalah sebuah hal mengejutkan dan juga menggoyahkan posisi AS di dunia,” katanya.

Pada 24 September, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan dalam Sidang Majelis Umum PBB bahwa dominasi Amerika Serikat akan segera selesai. “Kerajaan Amerika di seluruh dunia sudah mendekati ujung jalan. Dan AS harus membatasi intervensinya militernya di luar kewenanangannya,” kata Ahmadinejad. Dua minggu kemudian Ahmadinejad menyatakan krsisis finansial sebagai akhir Kapitalisme.

Pada 25 April 2008, di CNBC Peraih Nobel Ekonomi 2001, Joseph Stigliz sudah menyatakan AS memasuki era ekonomi yang paling buruk sejak Depresi Besar 1929. Resesi yang panjang. Martin Feldstein Ekonom Universitas Harvard yang juga Presiden Biro Nasional Riset Ekonomi AS (NBER), pada pertengahan Maret 2008 menilai ekonomi AS telah memasuki resesi yang paling parah sejak Perang Dunia II.

Washington Post edisi 10 Oktober 2008 menurunkan sebuah artikel yang berjudul The End of American Capitalism? Artikel yang ditulis oleh Anthony Faiola tersebut mengutip pemikiran Joseph Stigliz. Stigliz memperingatkan negara-negara yang selama ini mengagumi model ekonomi Kapitalisme Amerika harus siap menghadapi kehancuran ekonomi. Kabangkrutan dan nasionalisasi parsial sejumlah bank di AS, merupakan tanda-tanda kematian sistem Kapitalisme AS. Stigliz mengatakan:

“People around the world once admired us for our economy, and we told them if you wanted to be like us, here’s what you have to do — hand over power to the market… The point now is that no one has respect for that kind of model anymore given this crisis. And of course it raises questions about our credibility. Everyone feels they are suffering now because of us.”

Tumpukan hutang negara menjadikan AS sebagai dengan dengan bangunan yang “lebih besar pasak daripada tiang” Dalam dua tahun terakhir sebelum kebijakan bail out, hutang negara meningkat 11,74%. Di Awal 2008 hutang pemerintah mencapai US$ 9,575 trilyun atau setara Rp 90.962,5 trilyun sedangkan tahun 2006 hutang AS sudah menggunung sebesar US$ 8,451 trilyun. Dalam jangka waktu tersebut, berarti rakyat AS harus membayar hutang setiap hari sebesar Rp US$ 1,539 milyar atau senilai Rp 14,620 trilyun. Kini hutang pemerintah AS sudah berkembang menjadi US$ 10,2 trilyun.

Setiap tahun APBN AS mengalami defisit khususnya akibat kebijakan war on terror. Dalam APBN 2008, keuangan negara defisit US$ 239 milyar (Rp 2.270,5 trilyun). Peraih Nobel ekonomi 2001, Joseph Stigliz dalam buku barunya memperkirakan biaya perang Irak sudah mencapai US$ 3 trilyun dan bisa membengkak menjadi US$ 5 trilyun atau setara Rp 47.500 trilyun. Sebuah angka sia-sia yang menyebabkan terbunuhnya sekitar 1,2 juta rakyat Irak.

Kondisi terakhir sektor riil AS menggambarkan semakin suramnya masa depan Amerika. Output industri AS September 2008 jatuh 2,8% terendah dalam 34 tahun terakhir. Penjualan retail AS September 2008 pun turun 1,2% dibandingkan Agustus 2008. Penurunan ini merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Di kota terbesar AS, New York, dampak krisis finansial menyebabkan lenyapnya lapangan kerja sebanyak 165 ribu pekerjaan. Belum lagi PHK besar-besaran yang dilakukan industri-industri AS yang terus merugi.

Berdasarkan data-data tersebut, AS bagaikan negara yang sedang menuju kematian. Sistem Kapitalisme telah menyebabkan negara dengan penduduk terbanyak ke tiga dunia tersebut hidup di atas tumpukan hutang. Kekuatan militernya juga bertumpu pada hutang. Hanya tinggal masalah kepercayaan (trust) dunia saja yang masih membuat AS bertahan hidup. Kepercayaanlah yang membuat negara-negara dunia masih menerima dollar Amerika Serikat sebagai alat transaksi. Karena kepercayaan itu pula para investor dari seluruh dunia masih mau membeli surat hutang yang diterbitkan pemerintah AS untuk membiayai APBN.

Jika negara-negara anggota OPEC mengubah alat pembayaran transaksi minyak dari dollar AS ke mata uang lain atau dalam bentuk mata uang riil seperti emas dan perak, maka AS benar-benar terpuruk dalam kehancuran. Atau jika negara-negara di dunia memandang mata uang dollar AS tidak memiliki nilai yang kuat sehingga mereka tidak menerima pembayaran impor Amerika dengan dollar, maka negara ini tidak akan dapat menghidupi dirinya lagi. Sebab selama ini Amerika mengimpor barang dari seluruh dunia melebihi kekuatan ekonominya sendiri dengan mengandalkan pencetakan mata uang dollar.

Jika negara-negara pemberi pinjaman menarik dananya dari obligasi pemerintah federal Amerika, maka niscaya AS tidak akan mampu membayarnya. Hutang terbesar Amerika terhadap Jepang mencapai US$ 571,2 milyar, terhadap China US$ 405,5 milyar, terhadap Inggris US$ 299,7 milyar, terhadap Brazil US$ 128,8 milyar, dan negara-negara pengekspor minyak mencapai US$ 126,7 milyar.

Nantikan sambungannya …

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?