WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Kamis, 18 Februari 2010

Solusi Menghadapi Stagnasi Dalam Berdakwah


Assalamu’alaikum Wr Wb,
Teh Cicin yang baik… jujur, saya seringkali iri pada pada saudari-saudari saya yang lain (para pengemban dakwah), yang mampu aktif berdiskusi dengan banyak orang atau mampu bersuara lantang dalam forum dan acara-acara. Sebagai seorang pengemban dakwah, saya malu karena tidak mampu seperti saudari saya itu. Menurut teteh, sebenarnya persoalan apa saja yang menjadikan seorang pengemban dakwah mengalami stagnasi dalam bergerak, dalam hal ini misalnya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan kontak tadi? Afwan, Mohon masukannya ya teh … syukran. Jazakillah.

AD. Bogor

Wa’alaikumsalam Wr Wb.

Adik AD yang shalihah,
Teteh senang sekali karena AD mau terbuka dan mencari solusi atas keresahannya. Persoalan dalam dakwah yang menimpa setiap individu pengemban dakwah memang berbeda-beda. Salah satunya kesulitan kontak yang adik hadapi.

Namun izinkanlah teteh memberikan gambaran secara umum, lebih tepatnya analisa terhadap stagnasi gerak yang seringkali melanda seorang pengemban dakwah, sehingga ia tidak mampu atau tidak siap dalam menjalankan aktivitas kontak (baik secara personal maupun masa). Menurut telaah teteh hal tersebut dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya:
(1) karena kemalasan,
(2) faktor eksternal, misalnya kekurangan finansial,
(3) faktor teknis (dalam hal ini berkenaan dengan kurang persiapannya dalam kontak atau karena lemahnya kemampuan dalam komunikasi).

Pertama, karena kemalasan. Persoalan ini merupakan persoalan paling krusial bagi seorang pengemban dakwah. Karena berhubungan dengan kesadaran diri, yakni berkenaan dengan motivasi ruhiyah yang dimilikinya (jual beli dirinya dengan Allah). Jika persoalan tersebut melanda seorang pengemban dakwah, maka satu-satunya jalan yang harus dilakukan adalah membangkitkan kembali kesadaran dirinya. Mengenal dan menyadari hakekat siapa dirinya dan untuk apa dia menjalani kehidupan ini. Mungkin dia perlu dibantu untuk mengurai kembali makna kehidupan ini. Dengan proses berpikir tentu saja. Karena kita yakin, bahwa bangkitnya seseorang adalah dengan pemikirannya (Bab I – Thariqul Iman).

Kedua, karena faktor eksternal. Biasanya salah satu faktor eksternal yang banyak melanda para pengemban dakwah karena lemah atau kurangnya finansial. Hal tersebut tentu akan menuntut seorang pengemban dakwah untuk mencari nafkah, memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga berdampak pada minimnya waktu yang disediakan untuk menjalani berbagai aktivitas dakwah, dalam hal ini kontak misalnya. Jika hal ini terjadi, saudarinya yang lain perlu memberikan berbagai alternatif solusi.

Rekomendasi solusi itu diantaranya, 1). selalu memberikan dorongan atau motivasi ruhiyah kepadanya, bahwa sesungguhnya Allah akan menolong hambaNya yang menolong agama Allah (dari arah yang tak disangka-sangka)_ QS.Muhammad [47]: 7 atau QS. Huud [11]: 6 (bahwa tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya), 2). membantu pengusahaan modal dari individu yang punya kelebihan finansial, untuk pengembangan usaha pribadinya, 3). peningkatan kemampuan menulis, sehingga karya-karya yang dibuatnya dapat menjadi pembuka jalan datangnya rizki. Apalagi di kampus sebenarnya banyak sekali beasiswa prestasi, lomba-lomba atau project-project intelektual yang berhubungan dengan penalaran secara terbuka dapat diikuti. Seiring dengan upaya mencari jalan keluar atas persoalan finansialnya, dengan hal ini ia juga mampu mengasah pemikiran dan kepekaannya pada kondisi kekinian kampus. Sesuai dengan kewajibannya untuk memahami realita yang terjadi pada lahan dakwah yang dikelolanya. Karena sesungguhnya kapitalisme lah yang menjadikan kehidupan kita terdesak persoalan ini. Oleh karenanya hal ini seharusnya dapat menjadi cambuk hebat dalam kehidupan kita, untuk bersegera dalam dakwah. Mencerdaskan umat, membangkitkan keterpurukan mereka dengan Islam, membakar perasaan dan pemikirannya untuk bergerak bersama, mempercepat kematian kapitalisme dan menggantinya dengan naungan yang mensejahterakan dan menentramkan, bersama Islam InsyaAllah. Jangan sampai karena persolan finansial, menjadikan seorang pengemban dakwah futur atau lalai dalam amanah hingga berpengaruh pada gerak jamaah secara umum, naudzubillah.

Adik AD yang shalihah,
Teteh yakin, rasa iri yang adik rasakan terhadap saudarinya yang giat dalam dakwah itu merupakan manifestasi keimanan adik karena ingin bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajiban (sebagai seorang pengemban dakwah), yang semata ingin meraih ridla-Nya, dan bukan karena kemalasan akibat lemahnya motivasi ruhiyah, insyaAllah. Dari pertanyaan yang adik sampaikan, teteh juga tidak menangkap adanya indikasi bahwa adik memiliki beban dalam dakwah karena urusan finansial, insyaAllah. Semoga kita bagian dari orang yang mampu mengambil pelajaran dalam kehidupan ini ya...

Berikutnya, yang terakhir, karena faktor teknis (dalam hal ini karena karena kurangnya persiapan dalam kontak atau lemahnya kemampuan dalam komunikasi).

Adik AD yang shalihah,
Salah satu persoalan teknis yang biasanya menjadikan ketidaksiapan atau ketidakmampuan seorang pengemban dakwah melakukan kontak adalah karena kurangnya persiapan dalam kontak. Hal tersebut sebenarnya berhubungan dengan manajemen waktunya saja, khususnya dalam melakukan dirasah fardiyah. Meskipun hal ini termasuk faktor teknis, namun keberadaannya bisa jadi muncul akibat lemahnya motivasi ruhiyah untuk meningkatkan kapasitas diri. Dan ini berbahaya bagi seorang pengemban dakwah. Karena kekuatan seorang pengemban dakwah adalah dari kematangan syaksiahnya, yakni pola pikir dan pola sikap yang dimiliki.
Sedangkan pola pikir Islami (yang menghasilkan kemampuan dalam menelaah persoalan dan menjawabnya sesuai dengan kebenaran Islam), hanya akan terbentuk jika ia mau terus belajar mendalami Islam, dan membenturkan apa yang dipelajarinya dengan kontak (di dalamnya kita tentu harus terus mengikuti perkembangan realita yang terjadi di tengah-tengah umat_ dalam hal ini kampus khususnya). Karena memahami secara sungguh-sungguh proses belajar yang kita lakukan (dan refleksinya dalam aplikasi kehidupan), merupakan bagian kewajiban yang terintegrasi dalam perjuangan dakwah. Oleh karenanya berdakwah tidak cukup berbekal semangat atau kreativitas saja. Kita juga harus terus belajar untuk meningkatkan kapasitas diri, salah satunya dengan dirasah fardiyah atau diskusi rutin bersama tim.

Terakhir, setiap orang, dengan potensi yang dimilikinya, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam hal ini misalnya kemampuan berkomunikasi. Bagi seorang pengemban dakwah, meskipun aktivitasnya menuntut mampu berkomunikasi dengan orang lain, (dalam kerangka menyampaikan kebenaran Islam), namun ini bukan berarti menuntut kita harus sama seperti orang lain, dalam hal ini kemampuan berkomunikasi misalnya.

Memang benar bahwa kita harus menyampaikan Islam, sebagai sebuah konsekwensi atas keimanan kita. Hanya saja, karakter setiap orang dalam berkomunikasi memang berbeda-beda. Ada orang yang karakternya cakap berkomunikasi secara personal, namun dia kurang cakap dalam komunikasi masa. Ada yang cakap dalam komunikasi masa, namun kurang cakap berkomunikasi secara personal. Namun tidak dipungkiri juga, ada orang yang mampu berkomunikasi, baik dalam komunikasi masa maupun personal. Menurut teteh, semuanya dapat dilatih. Karena persoalan komunikasi ini sebenarnya bukan faktor utama penghambat diri kita dalam kontak, jika yang menjadi landasan kita bergerak adalah Allah SWT.

Adik AD yang sholihah,
Latihan komunikasi yang paling aplikatif tentu saja dengan kontak itu sendiri. Kita berupaya terus menyampaikan kepada yang lain apa yang kita ketahui, rasakan, harapkan, dan apa yang kita perjuangkan; dengan berbagai sarana (wasilah) yang dapat kita manfaatkan untuk memudahkan diri dalam melakukan kontak. Wasilah dalam kontak secara personal misalnya dapat berawal dari sms tausiyah, chating, FB, Blog, Buletin, Booklet, Majalah, dsb- hingga intens dan kita dapat berdiskusi. Dari upaya terus menerus untuk kontak itulah, kita sebenarnya akan mampu mengolah kemampuan komunikasi yang dimiliki serta memetakan diri kita (apakah saya memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi masa, personal, dan atau keduanya). Jika kita diawal belum mampu melakukannya sendiri, maka lakukanlah secara berjamaah (dalam tim kecil). Dan biasanya kontak secara berjamaah itu lebih menyenangkan, karena kita dapat saling menguatkan satu sama lain.

Kemudian, dalam konteks pembahasan sebuah tim (jamaah), sebenarnya perbedaan karakter berkomunikasi setiap anggota tim ini akan mampu memperkokoh kekuatan jamaah. Jika setiap potensi itu mampu terkelola dengan baik tentu saja. Rasulullah dan para sahabat merupakan contoh terbaik dalam kehidupan kita.

Seorang pengemban dakwah yang memiliki karakter cakap dalam dalam komunikasi secara personal dan memiliki kematangan syaksiah Islam (pola pikir dan sikap Islam), maka ia dapat menjadi seorang pembina yang luar biasa, seperti karakter Abu Bakar, insyaAllah. Begitupula seorang pengemban dakwah yang memiliki karakter cakap dalam komunikasi masa, dengan kematangan syaksiahnya, maka ia dapat menjadi seorang orator, trainer, inspirator, dll yang menggelorakan semangat, memompa keyakinan, serta memberikan inspirasi dan teladan perjuangan pada umat, seperti Umar bin khatab, Sumayyah- istri Yasir, atau Asma’ binti Yazid, dll. Atau karakter para sahabat lain yang berbeda (khas), namun Rasulullah membina mereka dalam keyakinan dan impian yang sama. Hingga menjadikan kekuatan mereka padu dalam keyakinan perjuangan, menggapai kemenangan Islam.

Berikutnya, kita tinggal melakukan proses identifikasi diri. Jika kita asosiasikan peran kita dalam tim ini dengan sebuah rumah, maka akan berada pada sisi mana, dan sebagai apa diri kita?. Sebagai genteng rumah kah? (yang setiap hari siap diterpa hujan, panas, dan atau badai), atau sebagai bagian dari kamar indah dan dapur manis di rumah? (yang memberikan sajian hangat pada penghuni di dalamnya). Setiap pilihan atas peran, dimanapun itu (meski menjadi lubang air-dalam kamar kecil rumah kita), merupakan persembahan terbaik, yang ketiadaannya akan menjadikan rumah kita tidak sempurna- cacat- dan pasti mengganggu jalannya sistem kehidupan pada rumah itu.

Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bersegera dalam menyambut seruan-Nya dan memberikan kemudahan atas setiap upaya menuju kebenaran janji-Nya, insyaAllah. Tetep semangat dan terus bergerak ya dik... Salam ukhuwah, salam perjuangan! Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?