WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Kamis, 18 Februari 2010

Penyebaran Paham Relativisme Kebenaran Agama, Kepengecutan Qurays Jahiliyah Terulang Kembali


Oleh: S Faris

ImageKaum nasrani dan yahudi, dua kaum yang oleh Allah SWT dikatakan memiliki sifat tidak merasa senang kepada kaum muslimin sebelum mengikuti paham mereka (al-Baqarah 120) selalu memiliki strategi dalam menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kehinaan. Dengan memakai mulut dan tenaga kaum munafik dari orang Islam sendiri mereka sangat getol menyuarakan pelarangan meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, dan melarang kaum muslimin meyakini aqidah mereka sebagai sebuah kebenaran yang mutlak. Paham tersebut sedikit banyak sudah menelan korban. Dari masyarakat awam, mahasiswa, maupun intelektual muslim banyak yang termakan rayuan gombal mereka. Yang perlu kita pahami adalah bahwa apa yang mereka sebut kebenaran relatif adalah bukti kekalahan mereka dalam bertarung secara terbuka dengan Islam.


Jika kebenaran agama relatif, maka relatif juga kah keabsahan pernikahan saya?. Pertanyaan tersebut boleh jadi muncul secara spontan dalam benak sesorang ketika mendengar celotehan seorang kader liberal mengenai relativitas kebenaran. Menurut mereka tidak ada kebenaran yang mutlak, termasuk kebenaran yang selama ini diyakini dalam aqidah atau keimanan Islam. Berarti ada banyak sekali konsekuensi yang wajib diragukan dalam agama lantaran kebenaran agama tersebut adalah relatif. Jika kebenaran agama relatif, maka status sah-nya sesuatu menjadi relatif. Sehingga semua keabsahan yang ada dalam praktek muamalah menjadi relatif. Proses pernikahan yang absah dengan proses syara’ menjadi relatif, artinya istri sesorang menjadi relatif keabsahannya. Proses jual beli, status wali dan lain sebagainya. Bisa kita bayangkan betapa kacaunya umat ketika paham relatifitas tersebut digunakan secara “benar”.

Dengan mempercayai konsep relativitas kebenaran, akan menimbulkan kekacauan ruhiyah. Orang yang berlapar-lapar seharian karena puasa, menjadi ragu apakah puasanya berfaedah atau tidak. Orang yang telah menghabiskan uang puluhan juta rupiah hanya untuk menunaikan ibadah haji menjadi ciut hatinya. Dan dengan konsep tersebut kita akan menertawakan para syuhada uhud yang badannya terkoyak-koyak lantaran dicincang oleh kafir Qurays karena pengorbanan mereka bermakna relatif.

Setidaknya ada tiga wacana dan benturan antara dua agama, paham atau pun ideologi. Yang pertama adalah saling klaim kebenaran. Ini berarti masing-masing membenturkan secara normatif mengenai kebenaran dan keshahihan paham masing-masing. Jikalau salah satu pihak merasa tidak mampu bersaing pada level ini, maka mereka akan bermain pada level yang lebih rendah kualitasnya, yaitu mengajak pemilik paham di luar dirinya untuk meyakini bahwa apa yang selama ini mereka perdebatkan adalah sesuatu yang relatif. Artinya masing-masing pihak adalah benar dan tidak boleh ada yang mengungguli pihak lain dalam hal kebenaran dan keshahihan. Hal tersebut dilakukan agar mereka tidak kehilangan hegemoni. Jika mereka kalah dalam level ini maka mereka akan mengambil level yang paling rendah yaitu menggunakan kekuatan politik dan kekerasan untuk mempertahannkan paham mereka.

Jika kita membaca shiroh, ketika Islam mendapatkan tekanan dari kaum kafir qurays, mereka juga diserang dengan tiga level pertarungan tersebut. Pada tahap awal, pemuka qurays masih percaya diri untuk membandingkan manakah yang lebih shahih antara agama yang dibawa oleh muhammad ataukah agama nenek moyang mereka yang telah ratusan bahkan ribuan tahun telah diyakini dan diamalkan oleh masyarakat makkah. Pada awal-awal pertarungan, mereka begitu yakin bahwa muhammad adalah seorang hanya membawa sensasi. Artinya agama yang dibawa oleh muhammad tidak akan pernah mampu menandingi keshahihan agama nenek moyang mereka. Namun apa yang terjadi pada pertarungan pada level pertama ini?. Kaum qurays kalah total. Al-qur’an menjawab dengan lantang kelemahan semua agama selain Islam termasuk yahudi, nasrani, dan agama pagan kaum qurays sendiri.

Pada level ini jawaban-jawaban al-qur’an sangat gamblang mengenai kecacatan aqidah masyarakat qurays dan agama-agama lain pada masa itu. Misalnya dalam surat al-an’am 148, dan al-a’raf 21. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka. Dalam tataran praktik, perdebatan berlanjut sebagaimana yang dikisahkan pada riwayat Ja’far bin Abu Thalib yang mengemukakan kebobrokan paham dan agama kaum Qurays di hadapan raja najasyi. Ja’far mengatakan bahwa agama baru ini telah mengeluarkan kami dari lumpur pemahaman lama yang menyuruh kepada kezhaliman, curang dalam berdagang, melacurkan diri, menyembah batu yang tidak memiliki kekuatan, mengubur anak perempuan hidup-hidup, kepada ajaran dan amal perbuatan yang lebih mulia dan memuliakan manusia. Dan bagi orang yang mau berfikir jernih, tentu kebenaran islam tidak akan mampu ditolak.

Pertarungan pada level kedua ditandai dengan mulai terlihat mana pemikiran yang shahih dan mana yang tidak. Dengan kata lain akan tampak mana pihak yang membawa kebenaran hakiki dan tidak terbantahkan dan pihak yang dikalahkan akan merasa perlu untuk mempengaruhi pihak yang menang untuk melunak dan menganggap perdebatan tersebut tidak usah diteruskan dan lain sebagainya.

Pada masa rasulullah, pemuka qurays yang sebelumnya ngotot untuk membandingkan ajaran yang dibawa muhammad SAW dengan agama mereka, menjadi ciut nyalinya setelah semua argumentasi mereka dapat dikalahkan dengan wahyu. Selanjutnya mereka mengambil langkah dengan mengkompromikan kebenaran agama mereka dengan Islam. Seperti yang bisa kita lihat ketika beberapa pemuka mereka menemui rasulullah untuk menawarkan sesuatu yang sungguh menggelikan bahkan lebih terkesan menjijikkan. Riwayat tersebut adalah yang menjadi asbabun nuzul surat al-kafirun. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi saw menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Ayat ini (S.109:1-6) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.). Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw.: "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun (S.109:1-6). (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq yang bersumber dari Wahab dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Juraij.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-'Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: "Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6) (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina.). kekonyolan tawaran kaum qurays tersebut sekarang diulangi oleh kaum liberal dengan menyebarkan paham kebenaran relatif. Karena mereka dan kaum kafir tidak akan pernah menang bertarung face to face pada level pertama.

Pertarungan level ketiga adalah dengan memakai kekerasan. Kita tentu saja masih ingat bagaimana siksaan dan boikot yang dialami oleh kaum muslimin pada periode Makkah. Langkah awal yang ditempuh pada level ini adalah dengan propaganda. Kaum muslimin dan tokohnya digambarkan sebagai sosok yang jahat dan menakutkan. Tentu kita masih ingat dengan tuduhan tukang sihir dan orang gila yang ditujukan kepada Rasulullah dari orang-orang Qurays. Bukankah hal tersebut analog dengan tuduhan teroris yang kita rasakan sekarang?. Tuduhan tersebut menjadi justifikasi kaum kafir untuk menimpakan tindakan kekerasan kepada kaum mulimin, dan sekarang hal tersebut juga sedang terjadi.

Kemenangan kaum muslimin pada pertarungan level pertama tersebut berlangsung hingga berabad-abad lamanya dan tidak ada satu agama dan paham pun yang mampu menggoyahkannya. Ketika kaum muslimin mengalami kemunduran dalam hal qiyadah fikriyah, pihak-pihak yang tadinya kalah (kaum yahudi, nasrani dan kaum munafik) ingin membuka perdebatan lama, dengan harapan dengan melihat kondisi kaum muslimn yang lemah sekarang mereka bisa mengambil alih kemenangan intelektual yang dulu dimenangkan oleh rasulullah dan diwariskan kepada generasi-generasi gemilang Islam setelah masa Rasulullah.

Pada zaman sekarang pertarungan level pertama tetap dimenangkan oleh kaum muslimin. Apa yang kita saksikan sekarang dengan merebaknya paham-paham baru seperti Islam liberal, Islam moderat, pluralisme adalah contoh dari strategi musuh Islam untuk memenangkan pertarungan level kedua. Artinya kaum kafir dan munafik tidak akan pernah rela kemenangan diambil lagi oleh kaum muslimin walaupun mereka harus mengais kemenangan pada level kedua. Paham-paham tersebut titik serangnya cuma satu, yaitu bagaimana kaum muslimin ragu dengan kebenaran yang mereka yakini sebgaimana mereka ragu terhadap kebenaran agama mereka. Mereka sungguh sangat berharap kaum muslimin ragu dengan keotentikan quran sebagaimanana mereka secara mutlak ragu terhadap injil mereka.

Telah menjadi watak kaum kafir adalah sikap pengecut dan tidak memegang janji. Jika pertarungan pada level 2 tidak mampu mereka lakukan, mereka kemudian akan menghalalkan segala cara seperti menfitnah dan membunuh kaum muslimin. Dan fakta tentang hal tersebut telah banyak kita temukan.

Kaum muslimin jika ingin memenangkan pertarungan ini harus tetap mengemban Islam sebagaimana rasulullah dahulu mengembannya. Yaitu Islam sebagai qaidah fikriyah dan qiyadah fikriyah. Islam dijadikan standar berfikir, ideologi dan kepemimppinan berfikir ummat. Ideologi tersebut wajib diemban oleh negara khilafah. Tidak boleh kaum muslimin secara sengaja memasung sendiri ajaran agamanya demi menyenangkan hati musuh. Kecuali bagi mereka yang memang ingin berada satu barisan dengan musuh Islam. Dan mereka tidak akan pernah menang. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?