WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Kamis, 18 Februari 2010

Dayagunakan Kompetensi Inti Agar Laju Dakwah Optimal!


Oleh: M. Karebet Widjajakusuma

ImageSahabat Pembangkit Umat,
Seperti biasa agar asa selalu ada bergelora, kita mulai dengan … apa kabar hari ini? Alhamdulillah…Luar Biasa… Allahu Akbar!!! Alhamdulillah, tetap penuh syukur atas nikmat Iman, Islam dan predikat “Sebaik-baik Penciptaan” lengkap dengan seluruh potensi kehidupannya (QS. At Tin : 4). Luar Biasa, selalu penuh doa dan cita agar bisa mewujud diri menjadi Muslim Terbaik (QS. Al Fushilat : 33) dan membangkitkan umat menuju predikat Umat Terbaik (QS. Ali Imran : 110). Allahu Akbar, gelora penuh takbir karena semua ini terjadi atas izin-Nya. Jangan lupa, ketika menjawab lengkapi dengan ekspresi penuh semangat!

Sahabat Pembangkit Umat,
Dakwah seringkali berjalan di atas roda yang sudah terbiasa berputar ala kadarnya. Kita menyebutnya dinamika. Kadang di atas, tak jarang di bawah menjadi ritme hariannya. Selalu begitu setiap hari. Roda pun akhirnya tergantung pada kebiasaan kemana ia menuju dan seberapa cepat ia melaju. Akibatnya, jarang terpikir untuk mempercepat laju roda agar tujuan segera terlampaui. Padahal, roda didesain dan dibuat sedemikian rupa untuk bisa melaju hingga batas kecepatan maksimum. Lantas bagaimana pula dengan mesin yang menggerakkannya, pengemudi yang membawanya, beban yang dibawanya, dan semua bagian kendaraan yang terkait dengannya, kontribusi apa yang diberikan agar roda berputar mantap hingga kendaraan melaju dengan sempurna? Kontribusi setiap elemen ini dalam bahasa lain boleh kita sebut sebagai kompetensi. Belajar dari sang roda, lalu, bagaimana dengan roda dakwah kita, bisakah kita dayagunakan kompetensi yang dimiliki agar laju dakwah optimal sempurna? Ok. Jangan kemana-mana, ikuti terus tulisan ini.

Pengertian Kompetensi Inti
Secara sederhana, kompetensi (competence) berarti kemampuan. Makna kemampuan nampak, misalnya, ketika istilah kompetensi direkatkan dengan manajemen SDM. Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) No. 43/Kep/2001 tentang Standar Kompetensi Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil, kompetensi (bagi pegawai negeri) didefinisikan sebagai kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Pengertian kompetensi dalam Keputusan tersebut diperdalam menjadi :

(1) Kompetensi umum, yaitu kemampuan dan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa pengetahuan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi umum ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun diklat kepemimpinan.

(2) Kompetensi khusus, yaitu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil berupa keahlian untuk melaksanakan tugas jabatan struktural yang dipangkunya. Kompetensi khusus dapat diperoleh melalui diklat teknis.

Di luar itu, dalam perspektif sistemik, kompetensi dapat pula diukur dan dibedakan berdasarkan tiga aspek, yaitu:

(1) Aspek input, kompetensi dapat diukur melalui kapasitas seseorang dalam melakukan pekerjaanya secara baik. Kapasitas tersebut meliputi knowledge, skills dan personal attributes.

(2) Aspek proses, kompetensi dapat diukur melalui perilaku yang dibutuhkan seseorang dalam merubah input menjadi output secara efektif.

(3) Aspek output, kompetensi dapat diukur melalui hasil dari perilaku dalam menggunakan knowledge, skills dan attributes dengan cara yang paling baik.

Demikian pula jika istilah kompetensi dilekatkan dengan organisasi perusahaan maka akan bermakna sebagai kekuatan pokok perusahaan yang berupa kemampuan pengelolaan atas sumber-sumberdaya internal perusahaan. Kemampuan ini disebut oleh Hamel dan Prahalad - seperti dikutip Wahyudi (1996) - sebagai kompetensi inti (core competence). Kompetensi ini selanjutnya akan berkembang menjadi keunggulan bersaing organisasi yang bersangkutan. Hamel dan Prahalad dalam buku yang sama, juga menjelaskan core competence sebagai sistem akar (root system) yang menyuburkan, mempertahankan dan menstabilkan batang tanaman (core product) dan buah-buahan serta daun sebagai end product.

Bagaimana contoh praktisnya? Berkenaan dengan hal ini, Hamel dan Prahalad juga menyatakan bahwa core competence dapat berupa salah satu atau lebih dari keempat hal berikut ini.

- Pembelajaran kolektif dalam organisasi, terutama bagaimana mengkoordinasikan keahlian produksi yang berbeda dan bagaimana mengintegrasikan jenis teknologi yang berbeda-beda.
- Pengorganisasian kerja dan delivery of value.
- Komunikasi, keterlibatan dan komitmen yang mendalam dalam bekerja melewati batas-batas organisasi.
- Perekat yang mengikat unit-unit bisnis yang ada dan sebagai mesin dalam pengembangan bisnis baru.

Jadi, dari pernyataan di atas dapat ditarik sejumlah kata kunci tentang pengertian kompetensi inti.

1. Kompetensi inti selalu menunjukkan makna kemampuan inti. Pada level individu, kompetensi bisa ditunjukkan dari aspek-aspek kapasitas (pengetahuan, keahlian dan atribut personal) serta perilaku. Pada level organisasi, kompetensi muncul dari sumberdaya organisasi (sistem dan proses yang terjadi di dalamnya), sumberdaya manusianya dan sumberdaya fisiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi individu menjadi salah satu kontributor munculnya kompetensi organisasi.

2. Kompetensi inti selalu berbasis pada standar. Ini berarti, kompetensi selalu dapat diukur, baik secara internal organisasi maupun oleh kalangan (stakeholder) eksternal organisasi. Pengukuran bisa bersifat kuantitatif, bisa juga kualitatif (persepsi). Dan, kompetensi yang ideal adalah yang diakui oleh internal dan eksternal.

3. Kompetensi inti memiliki kegunaan spesifik yakni menjadi keunggulan bersaing bagi organisasi yang bersangkutan, berfungsi sebagai sistem akar (root system) yang menyuburkan, mempertahankan dan menstabilkan batang tanaman (core product) dan buah-buahan serta daun sebagai end product. Bahkan, dalam bahasa marketing, kompetensi inti tidak lain adalah nilai jual itu sendiri. Jadi, kompetensi inti akan menjadi daya hidup suatu organisasi, penentu maju mundurnya organisasi.

4. Kompetensi inti dapat diraih dengan berbagai jalan. Bisa formal, bisa juga nonformal. Pada skala individu, bisa melalui pendidikan dan latihan, magang, menambah jam terbang dll. Pada skala organisasi, bisa melalui pembelajaran kolektif seluruh anggota, penerapan sistem dll.

Metode Untuk Mengetahui Kompetensi Inti Organisasi

Dalam konteks organisasi, lazim digunakan metode Analisis SWOT (Strength- Weakness-Opportunity-Treath) untuk menggali kompetensi inti suatu organisasi. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi/perusahaan yang telah dikenal luas untuk memetakan posisi existing (saat ini) suatu organisasi. Analisis ini idealnya bertumpu pada basis data tahunan dengan pola 3-1-5. Maksudnya, data yang ada diupayakan mencakup data perkembangan organisasi 3 tahun sebelum dilakukan analisis, apa yang akan diinginkan pada tahun saat dilakukannya analisis serta kecenderungan organisasi untuk 5 tahun ke depan pasca analisis. Hal ini dimaksudkan agar strategi yang akan diambil memiliki dasar dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.

S (Strength) atau faktor kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence) yang memberikan keunggulan komparatif bagi organisasi di pasar. Sebaliknya, W (weakness) atau faktor kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. O (Opportunity) atau faktor peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Sementara, T (Threat) atau faktor tantangan adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Kompetensi Inti organisasi akan diidentifikasi dalam analisis unsur Strength. Sebuah pernyataan dalam unsur Strength layak disebut sebagai kompetensi inti - bila resultansi kekuatan dan kelemahannya positif. Kemampuan inti atau kompetensi inti (core competence) biasanya ditandai dengan bobot dan hasil kali skor dengan bobot yang tertinggi pada variabel Strength. Atau jika pendekatan analisisnya kualititatif, kompetensi inti ditandai oleh variabel Strength yang paling menonjol signifikansinya.

Bagaimana Aplikasinya Dalam Organisasi Dakwah ?

Dalam beberapa kali kesempatan memfasilitasi bedah manajemen organisasi dakwah di sejumlah tempat di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan menggunakan metode Analisis SWOT, selalu muncul beberapa pernyataan kompetensi inti yang sama. Hal ini menarik, karena sekalipun kondisi daerahnya berbeda, tapi pernyataan kompetensi yang muncul sama. Ini sekaligus menunjukkan bahwa kompetensi inti yang ada memang benar-benar yang paling menonjol signifikansinya dan diakui secara internal maupun eksternal organisasi. Apa sajakah itu?

1.SDO Konsistensi Dalam Penegakan Syariat Islam.
2.SDO Konsistensi Dalam Penggerakan Dakwah Secara Pemikiran (Intelektual) dan Non Kekerasan (Damai).
3.SDO Memiliki Fikroh dan Thariqah yang jelas (ideologi Islam).

Ini berarti organisasi dakwah di beberapa sample daerah telah memiliki tiga kompetensi inti yang semuanya berbasis pada sumberdaya organisasi (SDO). Sehingga secara keseluruhan, organisasi dakwah memiliki tiga kompetensi inti yang berbasis pada sumberdaya organisasi. Ini menunjukkan bahwa organisasi telah berjalan dengan lebih bertumpu pada sistem bukan pada figur. Kalaupun ada figur yang menonjol, hal itu lebih bersifat sebagai lokomotif yang bertugas mengkader dan memperbanyak lokomotif-lokomotif baru dengan tingkat kapasitas yang setara dan bukan tipikal ”one man show”. Hal ini juga sekaligus menandakan bahwa organisasi dakwah telah melewati fase inisiasi dan pertumbuhan atau bahkan pada beberapa tempat telah menapaki fase kedewasaan.

What Next ?
Jika sudah demikian halnya, lalu apa yang harus dilakukan oleh organisasi dakwah? Jawabannya singkat : Dayagunakan 3 Kompetensi Inti tersebut untuk Mengoptimalkan Laju Dakwah. Rinciannya dijelaskan dalam formula 4 lah sebagai berikut.

1. Syukurilah. Dalam rentang perjalanan yang tidak pendek dan pergerakan dakwah yang dinamis, Organisasi dakwah dengan seluruh komponen organisasinya secara TEAM (together everyone achieves more) telah memiliki 3 kompetensi inti. Ini menandakan organisasi dakwah kita telah dipandang eksis dan mampu, baik secara internal maupun eksternal. Maka, syukurilah nikmat ini.

2. Sadarilah. Seluruh komponen organisasi dakwah kita secara sadar dan terkelola agar benar-benar menyadari dan menjadikan 3 kompetensi inti ini sebagai:

a. Keunggulan Bersaing (competitive advantage) organisasi yang berfungsi sebagai sistem akar (root system) yang menyuburkan, mempertahankan dan menstabilkan struktur dan manajemen organisasi, SDM, produk-produk dakwah (Ideologi Islam sebagai gagasan dan problem solver), kemasan dakwah (uslub-uslub dakwah yang terus dikembangkan dan diragamkan sesuai dengan segmen pasar dakwah yang dilayani). Maka, setiap komponen organisasi harus PD, PM, dan BAR. Maksudnya, Percaya Diri, Percaya pada Mitra dan Berani Ambil Resiko.

b. Nilai Jual produk dan organisasi. Karena sebagai nilai jual, kompetensi inti akan menjadi daya hidup suatu organisasi, penentu maju mundurnya organisasi, maka setiap komponen organisasi harus bertindak sebagai marketer atau pemasar. Kemanapun pergi upayakan ‘menjual’ produk dakwah berikut organisasinya. Bisa secara “on the line” yaitu melalui kegiatan dakwah yang resmi atas nama organisasi. Bisa juga “below the line” atau melalui kegiatan dakwah yang tidak resmi atas nama organisasi. Yang disebut terakhir lebih fleksibel karena bisa bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan kita sehari-hari atau saat aktivitas bermasyarakat atau juga dalam rangka aliansi strategis dengan organisasi dakwah lain. Mana yang lebih mungkin dari keduanya? Tergantung dari aktivitas kita sendiri. Karenanya kombinasi keduanya akan lebih optimal. Prinsipnya, setiap komponen organisasi harus menjadikan kompetensi inti ini sebagai bagian dari integritas pribadi, baik saat “on the line” maupun saat “below the line”.

3. Dayagunakanlah. Manajemen harus dapat mendayagunakan kompetensi inti ini dengan cara :

a. Perbanyak event publik yang memungkinkan terjualnya kompetensi inti, baik even yang dibuat sendiri atau pihak lain. Stand, leaflet, pamflet, buletin, hingga kartu nama menjadi senjata ampuh yang dapat ditempuh.

b. Responsif dalam menyikapi persoalan keumatan setempat. Hubungan harmonis dan jaringan yang kuat dengan media masa setempat menjadi kunci yang harus dimiliki.

c. Silaturahim yang terjadwal dan insidental (dalam menyikapi kasus-kasus tertentu) dengan sivitas akademika dan pemerintah setempat hingga level RT, ulama, tokoh masyarakat sudah harus menjadi agenda.

d. Jadikan aktivitas setiap komponen organisasi sebagai kompetensi pendukung yang dapat menjadi uslub tambahan bagi meningkatnya laju dakwah organisasi.

4. Pelihara dan Kembangkanlah. Jika kompetensi inti sudah disyukuri, disadari, dan didayagunakan, maka jangan lupa untuk memelihara dan mengembangkannya. Mengapa? Tak lain, karena lingkungan dakwah adalah lingkungan yang dinamis. Hanya organisasi yang dinamislah yang dapat terus bertahan dan melaju. Stagnan hanya punya satu arti, layu lalu mati. Secara individu, setiap komponen anggota harus terus menambah pendidikan dan latihan, magang, jam terbang dll. Sedang, pada skala organisasi, semua harus terus melakukan pembelajaran kolektif. Penyelenggaraan acara bersama yang meningkatkan syu’ur jama’i, seperti mabit, makan bersama, outbound, dll. bisa menjadi alternatifnya.

Sahabat Pembangkit Umat,
Tetaplah semangat, dayagunakanlah kompetensi inti agar laju dakwah optimal. Semoga Allah Swt mengampuni dosa yang telah khilaf dilakukan, memudahkan langkah dakwah yang telah diayunkan dan merahmati komitmen dan konsistensi dakwah ini demi segera tegaknya izzah Islam dan kaum Muslimin. Amin.

Alhamdulillah …luar biasa … Allahu akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?