WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Kamis, 18 Februari 2010

Untuk Sebuah Idealisme (sekelumit catatan kecil dari aksi 27 dan 28 Januari 2010)


Oleh: Jelani

ImagePendahuluan
Menjelang aksi terkait century gate yang diadakan oleh BKLDK Nasional yaitu tanggal 27 Januari 2010 sebagai wujud keprihatinan mahasiswa terhadap 100 hari kerja pemerintahan SBY - Boedinono, di beberapa kampus dilaksanakan beberapa kegiatan penggalangan masa. Event – event penyadaran dilakukan dengan aksi pemanasan dan diskusi Panggung Mahasiswa bangkit, audiensi dan penyebaran pamflet. Hasilnya para peserta alumni KMII tergerak untuk menjadi bagian dari moment bersejarah ini. Tidak hanya para alumni KMII, dari organisasi lain pun ada yang berminat untuk berpartisipasi. Isu yang diusung adalah mengganti rezim dan sistem Kapitalisme yang menggurita negeri ini.

Aksi pun sukses digelar, dihadiri oleh ribuan mahasiswa dari beberapa daerah sekitar Jabodetabek, aksi tidak hanya dilakukan di Jakarta di beberapa daerah pun digelar dengan sukses. Namun tidak selesai sampai disitu, besoknya tanggal 28 Januari 2010 bertepatan dengan 100 hari pemerintahan SBY-Boediono digelar aksi dari beberapa aktivis mahasiswa yang beritanya mencapai puluhan ribu peserta. Isu yang diusung adalah menuntut mundurnya rezim yang berkuasa karena dinilai tidak mampu mengurus negeri Indonesia.

Dari dua aksi yang digelar, ada sekelumit catatan singkat yang berkaitan dengan gelaran yang sudah dilakukan, semoga saja catatan-catatan itu bermanfaat.

Catatan – catatan itu
Pertama, cara pandang yang berbeda tentang akar persoalan negeri Indonesia. Aksi tanggal 27 Januari memandang bahwa persoalan century gate dan problematika negeri yang lainnya diakibatkan oleh standar kebijakan yang kapitalistik – sekuler. Artinya permasalahannya sudah sistemik dan mendasar, sudah tidak bisa lagi diselesaikan hanya dengan tambal sulam. Sedangkan aksi tanggal 28 Januari melihat bahwa persoalan lebih kepada orang yang menjalankan sistem ini yang korup, tidak becus dan harus segera diganti oleh orang yang lebih baik dan memihak kepada rakyat.

Tentulah hal ini diakibatkan oleh cara pandang yang berbeda tentang kehidupan, jika meminjam bahasa Syekh An Nabhani, bahwa kebangkitan dimulai dari bangkitnya cara berfikir tentang alam semesta, manusia dan kehidupan dengan bahasa lain cara pandang seseorang tergantung kepada akidah yang dianutnya. Konsep akidah yang sedang mendominasi kehidupan perkampusan saat ini adalah konsep akidah yang sekuler. Di satu sisi mereka ‘getol’ beribadah, di sisi lain mereka pun ‘giat’ mempromosikan dan memperjuangkan demokrasi kapitalis.

Kedua,dari cara pandang tentang akar persoalan yang berbeda itulah terlihat perbedaan rumusan solusi yang sangat nyata antara pergerakan yang idealis dengan pragmatis. Jika solusi yang ditawarkan oleh aksi tanggal 27 lebih bersifat sistemik, sedangkan solusi yang ditawarkan aksi tanggal 28 adalah sebatas ganti rezim namun dengan sistem yang sama.

Namun kenyataannya, solusi mengganti rezim lebih laku saat ini dibanding solusi mengganti sistem. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kesadaran politik masyarakat yang masih rendah, para politisi yang oportunis dan tamak, tergerusnya idealisme mahasiswa, dan media massa yang masih dikuasai oleh para pengusung kapitalis.

Ketiga, sedikit bercerita tentang kondisi para peserta aksi tanggal 27 yang dilandasi oleh kesadaran, idealisme, pengorbanan dan keikhlasan. Hal ini terlihat dari para peserta yang mengorbankan harta dan tenaga untuk mensukseskan aksi tersebut. Saya ingat sekali bagaimana para peserta diminta pengorbanan menyisakan uang jajannya untuk mendukung aksi ini, mengorbankan waktu kerjanya untuk berkoordinasi dengan semua kalangan agar terlaksana dengan baik. Berbeda dengan para peserta –mungkin tidak semuanya- aksi tanggal 28, mendengar kabar para mahasiswa yang ikut aksi tersebut ternyata dijatah mendapat uang transport Rp. 30.000 per-orang. Sungguh nilai yang sangat murah untuk perjuangan menuju perubahan yang dijanjikan.

Keempat, walaupun solusi yang ditawarkan oleh aksi tanggal 27 lebih konfrehensif dan revolusioner, namun ternyata media belum merasa tertarik dengan solusi yang ditawarkan. Mereka lebih menyorot aksi yang dilakukan tanggal 28 Januari. Isunya pun lebih besar dan berkali-kali menjadi headline di media massa nasional. Ini menjadi sebuah pembelajaran kepada kelompok aksi tanggal 27, bahwa media pun tidak terlepas dari ideologi yang dipegang oleh gatekeeper nya media. Dan tentunya kesadaran yang diusung oleh kelompok tanggal 27 belum menyentuh para jurnalis, sehingga sebesar apapun aksinya belum membawa pengaruh signifikan terhadap opini publik.

Kesimpulan
Perjuangan memperjuangkan idealisme memang butuh kerja keras dan kerja cerdas di tengah kondisi masyarakat yang jauh dari konsep idealis. Maka, upaya penyadaran yang terus menerus tanpa henti menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Secara internal pribadi para pejuang, hendaknya selalu istiqomah dalam perjuangan ini, karena kemenangan itu adalah janji Allah SWT yang tidak mungkin ingkar. Sungguh sangat disayangkan sekali jika kita harus kalah sebelum berjuang, mundur sebelum sempat kita maju. Selain itu, semangat membara harus diiringi dengan kualitas diri yang mumpuni, tentu sangat tidak diharapkan bagi kita mampu teriak kencang tentang Islam namun di sisi lain kita belum faham benar dengan Islam, mengandalkan kajian mingguan saja tidak cukup.

Wallahu ‘alam bi al showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?