WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Jumat, 26 Maret 2010

Tanda Ikhlas

Para ulama sepakat bahwa setiap amal haruslah disertai dengan niat yang ikhlas. Lalai dalam menanamkan keikhlasan akan berakibat gagalnya memanen pahala dari amal yang kita lakukan. Saking pentingnya perkara ini, tak heran banyak mujahid yang bersusah payah menjaga keikhlasan niat mereka dalam menegakkan agama Allah. Syaikhul Islam Abdullah bin Mubarak misalnya, pernah mengikuti peperangan dengan menggunakan cadar atau topeng diwajahnya tanpa ada yang mengetahui siapa dia. Dalam peperangan itu beliau melesat keluar dari pasukan kaum muslimin, seraya membunuh para penunggang kuda dari pihak musuh yang sebelumnya menggoncangkan barisan kaum muslimin.

Lantas, apa sebenarnya ikhlas itu? Apa tanda-tandanya? Abu Qasim Al-qusyairi berkata; “ikhlas adalah menjadikan satu-satunya yang patut ditaati dalam niat ialah Allah SWT”. Dalam suatu kesempatan Imam Fudail bin Iyadh berkata; “ikhlas terwujud manakala suatu amal diniatkan secara murni kepada Allah SWT”.

Ikhlas memang memiliki tanda. Diantara tanda-tanda ikhlas adalah tunduk pada kebenaran, dan menerima nasihat sekalipun berasal dari orang yang lebih rendah tingkat ilmunya. Ia akan lapang dada ketika ternyata kebenaran itu ada pada orang lain. Hal ini telah dilakukan oleh Ubaidillah bin Hasan Al-anbariy, salah seorang ulama terkemuka dan qadhi di kota Bashrah. Ubaidillah bin Hasan pernah ditegur oleh muridnya Abdurrahman bin Mahdi lantaran keliru dalam menjawab sebuah pertanyaan. Beliau mengatakan kepada muridnya; “ kalau demikian aku menarik diri dan tunduk. Sungguh menjadi ekor dalam kebenaran bagiku lebih aku sukai daripada menjadi kepala dalam kebatilan.”

Tanda ikhlas yang lain adalah tidak berani memberi fatwa dan memutuskan suatu hukum secara gegabah. Termasuk tidak berani menjalankan suatu perbuatan sebelum mengetahui status hukumnya, dan menerima apapun pandangan Allah SWT atas perkara tersebut. Oleh karena itu para ulama selalu menjaga diri tidak gegabah memberi fatwa, bahkan berangan-angan agar dirinya tidak ditanya. Para ulama besar terdahulu. Tidak pernah merasa malu untuk mengatakan tidak tahu terhadap suatu perkara yang memang tidak diketahuinya.

Suatu hari Asy-syabi pernah ditanya tentang suatu persoalan . Beliau menjawab; “aku tidak tahu”. Ada yang menyela; “apa anda tidak malu menjawab tidak tahu padahal anda adalah ahli fiqh-nya orang-orang Irak.” Beliau menjawab; “ jangankan aku...malaikat saja tidak malu ketika berkata: “maha suci engkau ya Allah, tidaklah kami memiliki ilmu kecuali yang telah engkau ajarkan kepada kami” (Al-baqarah: 32)

Orang yang ikhlas tidak akan menanam dirinya rasa malu untuk mencari kebenaran. Kehidupannya tak lebih dari serangkaian perjalanan untuk mencari kebenaran. Tidak ada yang lebih indah baginya selain sikap pasrah kepada Allah. Syariat Allah (Islam) baginya seperti sebuah telaga bening di tengah gurun sahara, sesuatu yang sangat diharapkan keberadaannya dan dirindukan kesegaran airnya. Semoga kita termasuk orang yang mampu berbuat ikhlas dan selalu menyimpan tanda-tanda ikhlas. Amiin. Wallahua’lam bi showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?