WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Jumat, 26 Maret 2010

Merekahnya Bunga Cinta Sang Revolusioner

Para pejuang syari’ah dan khilafah saat ini berbesar hati lantaran aroma wangi Islam sudah merasuk kemana-mana.

Aroma wangi itu masuk kepesantren-pesantren, kampus-kampus, kantor-kantor, pertokoan, trotoar hingga gubuk kecil yang berada ditengah sawah. Aroma wangi itu semakin semerbak dan menjadi suatu kebutuhan lantaran angin yang dibawa iklim demokrasi selalu meniupkan bau yang tidak sedap. Dari waktu ke waktu, hari berganti, cuaca berubah namun iklim demokrasi yang oleh beberapa orang diharapkan membawa kesejukan semakin jauh panggang dari api. Demokrasi membawa kesejahteraan is absolutely no! demokrasi lebih dekat dengan nafsu angkara, tidak ada yang dibawanya kecuali penderitaan, penderitaan dan penderitaan.

Teriakan ringkih masyarakat, kami lapar, harga-harga naik, pendidikan naik, kesehatan naik, penguasa justru menjawabnya dengan kenaikan pajak! Wakil-wakil rakyat yang konon katanya penyambung lidah rakyat dan selalu berbicara atas nama rakyat menjawab tangisan rakyat dengan perkelahian sesama mereka setelah bosan berkelahi mereka tertawa-tawa sambil berkata “yang kita lakukan ini belum seberapa teman, liat parlemen China atau Korea yang kalau tidak puas saat sidang mereka sampai melempar-lempar kursi!” Begitulah kelakuan para wakil rakyat yang diangkat dan digaji oleh rakyat.

Cukuplah sudah penderitaan masyarakat dan dunia. Angin sejuk Islam yang membawa Aroma wangi khilafah akan segera menghapus penderitaan itu. Ucapkan selamat tinggal pada Demokrasi sistem lama yang sudah usang dan ucapkan selamat datang Khilafah sistem masa depan yang cerah. Pesona demokrasi semakin hari semakin memudar dan segera akan tenggelam; cahaya khilafah semakin hari semakin nampak laksana fajar menyingsing. Bukan saja di Indonesia tetapi juga diseluruh dunia.

Aroma wangi khilafah yang benihnya kembali disemai pemikir revolusioner abad ini Syeikh Taqiyuddin An Nabhani di bumi para Nabi tepatnya dimasjid tempat Rasulullah mi’raj. Kini sudah tumbuh kokoh berakar tunggang yang menghujam bumi dan berpucuk menjangkau langit, dahan-dahannya meraih semesta yang jauh. Secara perlahan namun pasti mengeluarkan sari mekar yang ditiup angin dan menebar aroma wangi kemana-mana. Sari mekar itu menjangkau daerah-daerah yang jauh. Dari Timur hingga Barat, dari Utara hingga Selatan.

Dari Palestina ke Barat menyeberang terusan Suez, berlabuh di negerinya nabi Yusuf. Merengsek kegurun Sahara dan menjangkau hampir semua daerah utara hingga ujung Afrika. Dari afrika menyeberang laut Mediterania; hinggap dibuminya orang-orang berkulit putih. Dari sini melebarkan sayap menyeberangi Samudera Atlantik sampai ke benua yang menjadi jantungnya Kapitalisme dunia.

Dari palestina ke utara melewati daerah bulan sabit, hingga menusuk jantung negeri yang pernah ditaklukkan Muhammad Al Fatih, yakni Turki. Dahulu lebih dikenal dengan nama OTTOMAN atau Khilafah Turki Utsmani. Cahaya terang Islam pernah memancar dari negeri ini. Dengan Islam Turki dahulu menjadi payung yang melindungi dan menjaga ketertiban dunia; dengan Islam Turki dahulu menjadi tempat orang-orang mangadukan nasib sulit yang menimpa; dengan Islam Turki dahulunya membuat orang-orang Eropa menggigil ketika berani berbuat onar; dengan Islam Turki menjadi penguasa dunia. Akan tetapi, setelah cahaya terang Islam mulai redup dan benar-benar di padamkan oleh tangan kotor Mustafa Kemal Attaturk –laknatullah- negeri itu tidak lagi punya harga diri. Penguasanya adalah boneka yang siap dimainkan tuannya yakni Amerika. Rakyat yang berseberangan haluan politik dengan penguasa dijamin tidak akan pernah melewati hari-hari dengan tenang. Posisi strategisnya sebagai penghubung Asia dan Eropa tidaklah berguna, di Asia dia tidak dihargai di Eropa dia tidak punya harga diri. Dan Alhamdulillah saat ini di negeri itu kembali terang cuaca, aroma wangi Islam kembali tercium. Negeri itu tengah bersiap-siap kembali ke haribaan Islam, menyongsong masa depannya yang gemilang dengan Khilafah.

Dari Palestina ke Timur, angin laut Mediterania bertiup kencang menyapu daerah-daerah yang pernah di taklukkan Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan. Angin yang membawa sari mekar Khilafah memberikan aroma wangi di negerinya Imam Bukhari, hingga melewati pegunungan Himalaya menghantam tembok besar China. Dari tembok besar China meliuk ke Selatan hingga meresap ke tanah Hindustan.

Bumi yang setia berputar diporosnya, mentari yang setia memancarkan cahaya, angin yang senantiasa bertiup akhirnya membuat aroma wangi Khilafah sampai juga di bumi Melayu. Menembus Nusantara hingga ke Australia.

Dalam perjalanan melewati daerah-daerah yang jauh itu Islam merasuk ke dalam jiwa dengan ras yang berbeda; meluruskan tradisi dengan berbagai coraknya; merekat manusia dengan Tuhannya. Disetiap tempat yang dilalui disana Islam tumbuh mekar laksana bunga dimusim semi. Sungguh indah dan menawan. Indahnya bunga itu membuat setiap mata yang melihat berbinar terang, tanganpun tidak sabar ingin meraihnya. Bunga yang tumbuh mekar tanpa pagar yang melindungi tentu saja mudah diraih sesuka hati. Ada yang meraih dengan kasar hingga mematahkan tangkai-tangkainya, bahkan tidak jarang tercerabut hingga akarnya. Ada juga yang meraih dengan lembut hingga terasa manfaatnya.

Begitulah, dibumi manapun Islam dapat tumbuh dengan baik, aroma wanginya dapat dirasakan indera penciuman yang sehat. Tetapi dibumi manapun tumbuhnya Islam tanpa ada pagar yang melindungi; tanpa penjaga yang mengawasi adalah membuat jiwa-jiwa kotor dengan mudah merampas dan mematahkan kembang anggunnya.

Saat ini, betapapun banyak tangan yang sudah mematahkan tangkai bunga yang menawan; betapapun banyak tangan yang akan mematahkan atau sekedar mengambil mekar sarinya; betapapun banyak makar jahil yang berencana mencabut bunga hingga akarnya; dengan izin Allah Subhanawata’la tidak akan membahayakan sedikitpun bunga yang ditanam Syeikh yang berasal dari bumi Jihad itu. Setiap upaya mematahkan tangkainya justru akan memperbanyak tunas-tunas yang baru. Setiap makar yang diarahkan padanya akan menjadi vitamin bagi pertumbuhannya. Hal ini karena bunga itu sudah terlanjur besar dan kuat, dahan-dahannya menilap semesta tempat banyak manusia berteduh mencari kesejukan, rindangnya yang nampak jauh menjadi penuntun diri dari sesat di jalan, batangnya yang berisi menjadi sandaran banyak manusia yang lelah menjalani hidup, aromanya yang wangi menjadi suatu kebutuhan di tengah kebusukan zaman sekarang. Segala hantaman, rintangan, cobaan tidak akan menggoyahkannya karena pijakan yang kokoh dan tanah berpijaknya adalah tanah yang paling subur di dunia. Keberadaannya adalah rahmat, insyaAllah akan berakhir dengan ridho Illahi!

Begitulah, bunga yang ditanam sang revolusioner dengan sepenuh cinta pada Illahi kini tumbuh mekar, merekah dan mewangi…………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?