WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Rabu, 07 April 2010

Sulit Memberikan Kepercayaan Pada Orang Lain

Assalamu’alaikum, Mbak Cicin.. saat ini saya adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu PTN terbaik di Indonesia. Secara keorganisasian saya juga cukup aktif pada berbagai organisasi dan alhamdulillah seringkali diberikan amanah pada jajaran top level (BPH) . Hanya saja, jujur sebenarnya secara pribadi saya bermasalah dalam hal ‘kepercayaan’. Saya tidak mudah mempercayai atau memberikan kepercayaan kepada tim yang saya pimpin. Saya tau ini tidak baik, oleh karenanya saya meminta saran teteh untuk masalah saya ini. Terima kasih teh.  
Eka.
 

Wa’alaikumsalam Wr Wb,

Adik Eka yang baik,
Teteh sampaikan selamat atas setiap amanah yang dimilikinya saat ini. Semoga Allah memberikan kekuatan dan senantiasa menjaga kesungguhan adik dalam mengembannya.

Adik Eka yang baik,
Sesungguhnya amanah apapun yang kita miliki, pada hakikatnya merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah. Kesempatan yang tidak semua orang mampu mendapatkannya. Kesempatan untuk menggapai pahala besar yang telah Allah siapkan. Dengan syarat jika kita mau dan senantiasa menjadi agen kebaikan dan kebenaran dalam mengemban amanah tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah hadits, bahwa :

Kelak di hari kiamat amanah itu akan menjadi kehinaan dan kesedihan, kecuali orang yang mengambilnya dengan kebenaran dan menunaikan segala kewajibannya. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, jika kita memahami hakikat atau philosofi ’amanah’ yang kita emban, maka teteh yakin kita pasti tidak akan bersengaja melakukan kelalaian atau tidak bertanggungjawab terhadap amanah yang kita emban itu. Sebagaimana para pejabat pemerintah saat ini, yang tidak memahami makna ‘amanah yang diembannya’. Mereka mendzolimi masyarakat, melalaikan kewajiban-kewajiban dari amanah yang diembannya. Secara terbuka kemiskinan dan kebodohan masih menjadi tontonan harian, pendidikan dan kesehatan hanya bagi mereka yang ‘punya’ dan tidak bagi mereka yang papa, eksploitasi SDA dibiarkan sejadi-jadinya, menjadi pembantu rumah tangga menjadi cita-cita mereka yang tak punya, dan berbagai realita lain yang menyayat dada kita; namun pemerintah masih dengan dada membusung mengaku mengurusi rakyatnya. Naudzubillah… Itu semua terjadi karena mereka hanya memahami jabatan ‘wakil rakyatnya’ sebagai prestise yang harus dikejar bukan sebagai amanah yang harus ditunaikannya sesuai dengan misi kebenaran.

Dengan amanah yang adik emban saat ini, teteh berharap hal ini dapat menjadi pengingat dan cambuk diri agar lebih baik. Yakinlah bahwa Allah tengah menyediakan pahala dan kebaikan yang besar ketika adik mampu menjalankan setiap kewajiban dari amanah yang diemban saat ini. Dalam persoalan adik ini, insyaAllah, Allah telah membukakan pintu pahala itu melalui organisasi yang adik ikuti.

Berikutnya, teteh mungkin ingin sedikit mengingatkan kembali tentang philosofi dan makna sebuah tim. Beberapa waktu lalu teteh sebenarnya pernah membahas makna tim dengan menganalogikkannya sebagai sebuah rumah. Sebagai seorang pemimpin dalam tim, mungkin kita dapat dianalogikkan sebagai ’genteng’ pada sebuah rumah. Dia memberikan naungan kepada para penghuninya secara keseluruhan, menjadikannya ’kokoh’ sebagai sebuah bangunan yang utuh, yang siap menghadapi terpaan angin, teriknya matahari, atau derasnya hujan. Tampak hebat memang. Akan tetapi, genteng juga tak akan mampu terpasang jika tak ada tiang-tiang atau kayu-kayu yang menyangganya. Sebuah bangunan dapat dikatakan ’rumah’, tentu jika syarat bagian yang lainnya juga ada. Coba adik bayangkan, apa jadinya jikalau rumah kita tak memiliki ventilasi, pintu atau toilet? maka pasti sistem kehidupan di dalam rumah kita akan menjadi kacau bukan?. 

Demikianlah makna keberadaan setiap orang di dalam tim kita. Setiap darinya memberikan pengaruh yang besar dan begitu berharga. Ketiadaanya, pasti akan berdampak negatif pada kestabilan tim secara keseluruhan. Dan seharusnya hal tersebut  menjadikan diri kita bersedih dan bangkit untuk segera membangunnya. Karena kepercayaan mereka pulalah yang sebenarnya menjadikan kepemimpinan kita ada. Pemimpin tanpa anggota, jelas tidak dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin, apalagi mereka (para anggota) tak memberikan kepercayaan kepadanya. Dan pemimpin yang berhasil adalah manakala ia mampu menghargai setiap potensi yang dimiliki oleh anggota tim-nya dan ia berupaya memberdayakan setiap anggota tersebut sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Teteh yakin, pemimpin seperti ini bukan saja sosok pemimpin yang bertanggungjawab, tetapi juga sosok pemimpin yang dihormati dan dicintai oleh anggotanya.

Adik Eka yang baik,
Mohon maaf sebelumnya, karena teteh sebenarnya kurang jelas memahami alasan kenapa adik sulit memberikan kepercayaannya pada yang lain, khususnya dalam hal ini adalah anggota tim yang adik pimpin. Semoga dengan ingatan yang teteh berikan terkait philosofi amanah dan tim tersebut, dapat menjadi masukan berharga bagi persoalan yang adik hadapi saat ini.

Saran teteh, kepercayaan kepada tim itu mutlak harus kita berikan kepada anggota, jika kita adalah seorang pemimpin. Jika ada persepsi atau kekhawatiran dalam benak kita, maka kita harus segera membuangnya jauh-jauh. Jangan jadikan persepsi atau kekhawatiran sebagai pedoman langkah kita berkarya, karena persepsi atau kekhawatiran akan menghancurkan ukhuwah dan hanya menambah beban pikiran dan perasaan. Kita hanya diminta untuk memberikan ruang agar setiap kepercayaan yang kita berikan tersebut dapat berproses sebagaimana yang kita harapkan. Yakni ruang yang terdefinisi sebagai keikhlasan dan kesabaran. Menjadikan kekecewaan sebagai cambuk diri, dan menjadikan kegagalan sebagai pendewasa pikir dan hati. Yakinlah, no body’s perfect, but ‘team’ can be, insya Allah. Salam Ukhuwah, Salam Perjuangan! Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?