WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Rabu, 07 April 2010

Menyikapi Perbedaan Dan Pergesekan Antar Gerakan Dakwah Kampus

Setiap aktivis dakwah tidak boleh membayangkan bahwa langkah dakwahnya terus berjalan mulus. Akan selalu saja ada ganjalan. Baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Untuk faktor eksternal, diantaranya adalah gerakan-gerakan dakwah yang memiliki haluan yang berbeda dan memiliki afiliasi dakwah yang berbeda. Demikian juga gerakan-gerakan dakwah kampus yang memiliki referensi ideologi yang berbeda.
Yang pertama harus di-clear-kan dulu di dalam persepsi para aktivis dakwah kampus adalah soal posisi mereka di tengah konstelasi dakwah. Bahwa sebagai sebuah team dakwah kampus yang bernaung dalam satu wadah komunitas lembaga dakwah tertentu harus memiliki, meyakini, dan mengemban ideologinya dengan teguh.
Para aktivis di lembaga dakwah ideologis ini harus menyadari posisi mereka sebagai problem solver dan pembawa misi perubahan-perubahan hakiki. Intinya mereka harus menyadari bahwa mereka merupakan pengemban dakwah ideologis. Merekalah subyek dakwah sejati. Sebagai pengemban dakwah ideologis sudah sepatutnya memposisikan diri setiap orang—baik secara perorangan maupun berkelompok—sebagai obyek dakwah.

Benar bahwa di hamparan masyarakat kampus bertebaran ilmuwan-ilmuwan kampus, da’i-dai kampus, muballigh-muballigh kampus, tokoh-tokoh masyarakat kampus, dan figur-figur kampus lainnya. Namun, bukankah kenyataannya mereka semua belum memahami ideologi Islam? Bukankah mereka belum memiliki konsepsi Islam yang utuh sebagai suatu sistem yang komprehensif? Dan bukankah materi dakwah mereka, gagasan pemikiran yang mereka lontarkan, materi-materi ajaran yang mereka sosialisasikan pada seluruh kader mereka dan solusi-solusi yang mereka tawarkan setiap berhadapan dengan berbagai permasalahan yang muncul, bukankah semua itu tidak sistemik, tidak memiliki akar ideologi yang kuat?.
Ini bukanlah penilaian sepihak. Ini adalah realitas konstelasi aktivis dakwah kampus. Kenyataan di tengah-tengah kampus hanya terdiri dari kumpulan mahasiswa yang menjadi perpanjangan tangan dari partai-partai politik peserta pemilu, atau perpanjangan tangan dari gerakan-gerakan sosialis, atau agen dari pemikiran liberal berbaju Islam. Dan sebagian besarnya adalah mahasiswa yang apatis, hedonis, dan tak jelas rimba kehidupannya.
Berarti jelas, mereka semua adalah obyek dakwah. Berarti jelas mereka semua perlu diberi pengarahan. Intinya mereka semua perlu didakwahi. Dari deskripsi ini saja sebetulnya para aktivis dakwah sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa pergesekan antara mereka dengan gerakan dakwah lain niscaya tidak akan terjadi. Karena pergesekan itu terjadi biasanya di ranah persaingan antara dua atau lebih kekuatan yang berimbang. Sementara, tidak ada satu kekuatan pun yang bisa menandingi sebuah gerakan Islam ideologis. Tak ada satu haluan pemikiran Islam manapun yang dapat mengimbangi pemikiran Islam ideologis. Yang ada justru semua gerakan dakwah kampus itu membutuhkan kehadiran gerakan ideologis ini. Gerakan-gerakan mahasiswa lainlah yang justru terbantu oleh gerakan mahasiswa ideologis ini. Itu hakikatnya.

Bahwa kemudian di lapangan terjadi konflik, pergesekan, dan potensi-potensi perbedaan lain dengan segala eksesnya, maka itu disebabkan oleh dua hal: Pertama, bahwa aktivis gerakan ideologis itu masih belum memahami posisi mereka sebagai satu-satunya eksistensi yang pantas ada. Karena merekalah yang mengemban ideologi. Kedua, gerakan-gerakan mahasiswa lain belum faham hakikat perjuangan dari gerakan mahasiswa ideologis ini. Intinya, antara gerakan kampus ideologis dengan gerakan lain ataupun gerakan dakwah lain masih merasa setara, bersaing untuk mendapatkan massa, dan berkompetisi dalam berebut pengaruh. Kondisi seperti ini yang biasanya membawa gerakan kampus yang ideologis pun bisa larut dalam pergesekan.

Secara prinsip dan teknis setiap gerakan dakwah kampus yang ideologis perlu melakukan hal-hal seperti berikut ini agar meredam bahkan menghilangkan semua bentuk pergesekan antara mereka dengan gerakan lain:
1-    Memantapkan kesadaran bahwa mereka adalah subyek. Bahkan satu-satunya subyek dakwah secara hakiki
2-    Secara berkala mengunjungi satu persatu setap gerakan dakwah di kampus untuk silaturahmi, menjelaskan eksistensi dan misi kita
3-    Secara berkala mengundang seluruh gerakan dan lembaga dakwah kampus untuk menghadiri acara kita.
4-    Mengadakan kerjasama pada isu-isu yang bisa digalang bersama, dengan tetap memastikan bahwa kitalah yang menjadi aktor utamanya
5-    Jangan sekali-kali mengadakan kegiatan berupa dialog terbuka atau apapun termasuk menyebarkan tulisan yang berujung pada jatuhnya citra sebuah lembaga dakwah kampus lain. Ingat, musuh hakiki bersama kita adalah kekuatan Kapitalisme Global. Jangan sampai karena keteledoran kita dalam mengadakan kegiatan membuat kitalah yang dipandang sebagai common enemy.
6-    Secara agressif memahamkan semua lembaga dakwah kampus yang ada mengenai setiap problem actual yang terjadi. Baik dari sisi faktanya, bahayanya, dan tentu solusinya menurut Islam
7-    Muliakan tokoh-tokoh yang dijadikan referensi gerakan dakwah lain, tentu dalam batas-batas yang dibolehkan syara’. Artinya, gerakan dakwah lainpun punya tokoh, ulama dan intelektual yang dijadikan panutan dan referensi. Janganlah kita hina dinakan tokoh-tokoh mereka
8-    Kita harus mendahului menyampaikan ucapan selamat di hari-hari besar Islam, seperti ucapan selamat Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Islam, dll. Kita juga yang harus mendahului untuk silaturahmi bila masuk hari-hari besar Islam
9-    Kita harus segera bersilaturahmi kepada mereka jika terdengar isu-isu tak sedap terkait sikap mereka terhadap kita.
10-    Apabila terjadi ‘konflik’ yang sebetulnya tidak perlu terjadi, maka diupayakan stakeholder kita segera berkunjung kepada stakeholder mereka secara informal, kekeluargaan, dari hati ke hati. Misalnya dengan berkunjung ke kediaman pribadinya atau mengundangnya makan bersama.
11-    Saling memberi hadiah secara pribadi antara tokoh-tokoh gerakan mahasiswa juga merupakan satu bentuk yang dicintai dalam Islam. Ini yang cukup jarang diperhatikan oleh para akvtivis dakwah kampus
12-    Apabila ada satu lebih gerakan dakwah lain saling bersitegang maka kita harus tampil sebagai penengah, sebagai pereda. Kita ajak mereka untuk damai, kita ajak mereka untuk menyadari bahwa keributan internal umat Islam memang yang ditunggu oleh musuh agar kita umat Islam semakin lemah.
13-    Dari sisi mental, aktivis gerakan ideologis harus bersikap lebih dewasa. Tidak merespon sikap kasar dari pihak lain dengan cara yang kasar pula. Harus tetap tampil tenang, tidak reaksioner, dan gegabah menghadapi penentangan dari orang lain. Bersikaplah layaknya sebagai kakak terhadap adiknya.
Tempuhlah beberapa langkah di atas insya Allah suasana dakwah kampus akan lain terasa. Akan jauh dari nuansa permusuhan dan pergesekan. Selanjtunya, gerakan dakwah ideologis akan menjelma menjadi satu-satunya kekuatan dambaan dan harapan serta selalu ditunggu kiprahnya.
Memang benar, gerakan dakwah kampus ideologis pun bisa mendapat ganjalan dari gerakan dakwah lain seperti disebutkan di atas. Tapi harus difahami bahwa itu hanyalah berupa tantangan, perlawan, dan halangan biasa. Yah, sebagaimana halnya setiap misi ideologi pasti selalu ada resistance. Tapi ini bukan pergesekan namanya. Sekali saja para aktivis ideologis memandang ini sebagai suatu pergesekan maka itu berarti aktivis ideologis ini sudah mulai pelan-pelan menyamakan kedudukannya dengan gerakan dakwah lain. Padahal jelas tidak sama antara gerakan ideologis dan non ideologis. Karena memang tidak sama antara subyek dakwah dengan obyek dakwah. Subyek adalah aktor utama, pinata gerak, pengarah opini, dan leader hakiki. Sementara obyek dakwah adalah kumpulan individu yang perlu ditata, diarahkan, dipimpin, dan diberi solusi. Walaupun secara kasat mata para obyek dakwah itu juga melakukan kegiatan-kegiatan berbau dakwah dan berbaju dakwah. Walaupun secara formal kelembagaan di kampus sama saja antara gerakan ideologi dan non ideologi, bahkan mungkin gerakan ideologi dari sisi strata sosial di kampus memiliki positioning lebih rendah di banding gerakan formal lainnya yang lebih legitimate secara status.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?