WELCOME!


I made this widget at MyFlashFetish.com.


Rabu, 07 April 2010

Diam Itu Emas, Atau Batu?

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rosul saw bersabda: "Siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam” (HR. Bukhori & Muslim)
Kualitas seseorang, salah satunya bisa terlihat dari kemampuan menjaga lidahnya. Sebaik-baik perkataan adalah perkataan yang sanggup mengatakan kebenaran.
Prioritas pertama dalam hadits di atas bagi orang beriman adalah berbicara yang haq, berbicara yang baik-baik atau tentang kebaikan sesuai tuntunan syariah. Allah swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab: 70)
Sebaliknya orang yang rendahan dalam berbicara, biasanya selalu mengeluh, mencela dan menghina. Begitu pula orang yang dangkal dalam berbicara, orang tersebut sibuk menyebutkan kehebatan tentang dirinya dan juga jasanya. Hampir mirip dengan gelas yang kosong, sebuah gelas yang kosong maunya diisi terus, orang yang kosong dari harga diri keinginannya dihargai.
Oleh karena itu, bila kita tidak mampu berbicara yang baik-baik maka hadits Nabi saw memberikan pilihan yang kedua yaitu Diam.
Dalam kehidupan sehari-hari, ada ungkapan yang menyebutkan “Diam adalah Emas”, artinya dengan diam itu jadi mulia. Tapi faktanya ada pula dengan diam malah menjadi masalah.
Memang, banyak istilah yang melibatkan kata ‘diam’ dengan konotasi yang berbeda-beda. Misalnya; Diam adalah Emas. Diam adalah Keterbatasan Intelektual, Diam adalah Cuek, dan yang paling ringan persoalannya adalah Diam karena Sakit Gigi atau Diam karena Sariawan.
Kapan diam adalah emas? Diam dalam arti tidak berbicara, dalam kondisi tertentu memang diperbolehkan dan bahkan diperintahkan. Yang diperintahkan misalnya, pada saat Khotib Jum’at naik mimbar, makmum dilarang berbicara sepatah kata pun. Yang diperbolehkan misalnya, kalau ada seorang pemuda melamar seorang gadis kepada orang tuanya, maka diamnya gadis tersebut adalah Emas bagi si pemuda, karena diamnya seorang gadis yang dilamar adalah indikasi dari persetujuannya.
Yang mempunyai implikasi cukup berat dan meluas adalah diam karena keterbatasan intelektual atau diam karena kecuekan. Dan merupakan bencana besar apabila diam jenis ini justru menimpa kaum muslimin, terlebih lagi kalangan elit muslim yaitu para ulama, kaum cendekiawan serta kalangan politikus muslim. Karena mendiamkan apa yang seharusnya tidak didiamkan merupakan awal dari membusuknya berbagai persoalan, tatanan dan aturan.
Demikian pula diam karena ketidakpedulian. Cukup banyak persoalan masyarakat dan negara yang mengharuskan kaum muslimin peduli dan jangan diam. Kemaksiyatan yang merajalela, ekonomi ribawi, Sistem Politik tidak islami dan banyak aturan-aturan Allah dicampakkan sehingga melahirkan krisis multi dimensi. Hal ini menuntut kita lantang menyuarakan kebenaran kemudian wajib memperjuangkan Islam secara total.
Rosulullah saw menegaskan: “Siapa saja yang berdiam diri dari kebenaran, maka dia adalah syetan bisu” (al Hadits).
Allah SWT dalam Al Qur’an Suroh Ali Imron: 104 memberikan predikat khoiru ummah pada kita kaum muslimin, sebagai umat terbaik karena kita diserahi tugas yang mulia yang harus diwujudkan yaitu sebagai pengemban dakwah yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Maka diam dalam aspek ini bukanlah Emas, tapi Batu…! Wallahua’lam bi as-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA

BUKTI TRANSAKSI ANTARA TUHAN - HAMBA
Dengan atau tanpa kita, Dakwah Islam akan tetap berjalan, namun apakah Neraka-Nya tidak terlalu menakutkan serta Surga-Nya tidak begitu menggiurkan untuk kita semua?